Ketika berada pada sebuah acara World Imunization Week atau Pekan Imunisasi Dunia, seketika batinku menangis melihat deretan anak-anak yang menjadi korban orang tua yang tidak mau divaksin ataupun telat vaksin. Ya, saya akhirnya mengerti kenapa pemerintah sangat getol sekali untuk imunisasi ini. Bukan karena lain ya banyak bahayanya.
Banyak dari mereka menderita berbagai penyakit seperti polio, Tuberkulosis, Radang paru-paru, Rubella, Hepatitis B dan lainnya. Mohon maaf saja, yang awalnya sedang memakan sebuah roti yang sangat lezat sampai tidak nafsu makan melihat deretan korban anak-anak tersebut.
Ya. Dari acara ini aku sangat sadar betapa pentingnya imunisasi bagi pertumbuhan anak. Banyak diantaranya masih menganggap imunisasi adalah haram, dapat membuat efek sakit pada anak, bisa membunuh anak.
Mohon maaf para orang tua, efek sakit pada anak misal demam merupakan respon positif dari masuknya sebuah vaksin ke tubuh. Akan hilang dalam beberapa hari saja, dan sisanya anak akan menjadi kebal penyakit.
Lalu apa itu Imunisasi?
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit menular dengan memberikan “vaksin” sehingga terjadi imunitas (kekebalan) terhadap penyakit tersebut. Vaksin adalah jenis bakteri atau virus yang sudah dilemahkan atau dimatikan guna merangsang sistem imun dengan membentuk zat antibodi di dalam tubuh.
Namun, ada kabar gembira bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap pada 2022 kembali meningkat menjadi 94,3 persen. Walau begitu 6,7 persen masih perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah untuk pemerataan lebih optimal. Memang tidak sepenuhnya tugas dibebankan ke pemerintah. Kami sebagai rakyat juga turut hadir untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar mau imunisasi minimal dasar.
Terdapat 13 provinsi yang cakupan vaksinasi dasarnya di atas angka nasional, yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Utara, Lampung, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Banten, Jawa Barat, Bengkulu, Sumatera Utara, Gorontalo, dan Kepulauan Riau (sumber: berita satu).
Sebenarnya, ada beberapa faktor yang menjadikan penyebaran vaksin di Indonesia ini sulit merata:
- Kondisi geografis
Seperti yang kita ketahui, Indonesia ini luas. Ditambah dengan posisi geografisnya yang berpulau-pulau membuat pemerataan dalam imunisasi membutuhkan upaya kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat. Banyak pulau kecil dan terluar yang sulit terjangkau, juga dengan stok yang terbatas membuat membutuhkan waktu dalam penyebarannya. - Termakan Hoax tentang Vaksin
Banyak diantara mereka, para orang tua yang terhasut dan termakan oleh isu hoax dari vaksin yang katanya bisa membuat meninggal anaknya, atau bahkan cacat. Jujur, aku sendiri kesal dengan berita hoax ini.Memang, dahulu sempat mendengar penolakan luar biasa dari orang tua tentang imunisasi ini karena berbagai kasus mulai anaknya panas tinggi sampai dilarikan ke rumah sakit. Ya, memang tugas kita bersama dalam memerangi berita hoax yang meresahkan ini. Juga harus didukung dengan penyedia platform sosial media seperti meta untuk facebook dan instagram dalam memerangi berita hoax. Yuk kita perangi berita hoax!
- Stigma haram terhadap vaksin
Betapa pengaruhnya stigma haram dalam penggunaan vaksin ini. Oleh karena itu, kemenkes bekerjasama dengan MUI (Majlis Ulama Indonesia) untuk menentukan fatwa terhadap vaksin.
Sebagai contoh, sebelum vaksin untuk covid disebarkan ke masyarakat, terlebih dahulu pemerintah pasti memastikan fatwa MUI terhadap vaksin tersebut. Sehingga, membuat masyarakat tidak perlu ragu dan risau mengenai haram atau tidaknya vaksin tersebut. - Kurangnya pengetahuan pentingnya vaksin
Kembali lagi, kurang berilmu membuat buta akan segala hal yang baik. Perilaku masyarakat yang cenderung memetik informasi dari sosial membuat pemerintah memang harus sedikit effort dalam mengurus imunisasi ini.Poster yang dipasang pun seperti hanya pajangan saja di posyandu atau balai desa terdekat. Beruntung, di lingkungan aku ada perwakilan dari kelurahan yang khusus mengadakan penyuluhan ke masyarakat sekitar. Sehingga, edukasi bisa lebih tersampaikan kepada orang tua agar anaknya bisa segera divaksin.
Landasan hukum imunisasi sangat kuat
Sebenarnya dalam bidang hukum, status imunisasi ini sudah kuat. Berdasarkan hukum UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Pasal 130) Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.
(Pasal 132) Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunasi dan UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.
Dan dasar pelaksanaannya adalah SKB Tiga Menteri tanggal 14 Nopember 1997 tentang Pencanangan & Pelaksanaan BIAS. Karena itu, sebagai warganegara yang baik, yuk kita mematuhi hukum.
Namun walau sudah kuat dari sisi undang-undang, ada permasalah lain dari penerapan imunisasi ini. Khususnya bagi populasi khusus seperti disabilitas/ibu hamil/anak jalanan. Terutama untuk ibu hamil akan sangat penting.
Mengutip dari halaman orami.co.id perihal vaksinasi untuk ibu hamil, terdapat beberapa hal kenapa vaksin penting dilakukan untuk ibu hamil:
- Memberikan Perlindungan Dini pada Bayi
- Mencegah Batuk Rejan
- Mencegah Terkena Flu
- Waktu adalah Segalanya
- Keluarga juga Butuh Vaksin
- Jika Hamil lagi Harus Kembali di Vaksin
Terdapat beberapa vaksin yang perlu dilakukan bagi ibu hamil. seperti:
Vaksin Influenza (Suntikan Flu), Tetanus Tetanus / Difteri / Pertusis (Tdap), Imunisasi Hepatitis B, Vaksin Hepatitis A dan Vaksin Meningitis. kelima vaksin tersebut sangat dianjurkan untuk dilakukan dimasa hamil. dan jika hamil kembali pun tetap harus melakukan vaksin kembali.
Sudah bahas vaksin dan kendalanya, apa efek tidak Imunisasi?
Mengutip dari dinkes.jakarta.go.id, ada beberapa efek jika anak anda tidak diimunisasi:
- Anak Lebih Rentan Mengalami Sakit Berat
Fakta mengejutkan adalah jika anak Anda tidak menerima imunisasi lengkap dan tepat waktu dijamin akan lebih rentan mengalami berbagai penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi, seperti hepatitis, TBC, batuk rejan, dan difteri. Bukan hanya itu saja, anak yang tidak diimunisasi juga lebih rentan terhadap masalah kesehatan lain; contohnya ketika anak terkena campak, sering mengalami komplikasi seperti diare, pneumonia, kebutaan, dan malnutrisi. - Kemungkinan Anggota Keluarga Lain Turut Sakit Berat Menjadi Lebih Tinggi
Tidak hanya anak yang akan sakit, tapi anggota keluarga lainnya juga bisa ikutan sakit. Faktanya, anak yang tidak imunisasi lebih berisiko menulari orang lain di sekitarnya, begitu pula sebaliknya; anak yang tidak diimunisasi lebih berisiko tertular penyakit.Setiap kali seseorang sakit, maka anak, atau cucu dan orang tua, juga berisiko terkena.Orang dewasa merupakan sumber infeksi utama pertusis (batuk rejan) pada balita, penyakit ini bahkan dapat menyebabkan kematian pada bayi. Imunisasi tidak hanya melindungi diri anak, tetapi juga orang tua dan anggota keluarga lain serta orang-orang di lingkungan sekitar yang mungkin kesulitan mendapatkan akses vaksinasi.
Orang dewasa pun tetap mungkin tertular penyakit dan mengalami gejala yang ringan namun dengan komplikasi yang fatal. Ibu hamil yang tertular virus rubela, misalnya, amat berisiko melahirkan anak dengan berbagai bentuk komplikasi bawaan, disebut dengan sindrom rubela kongenital (SRK). Sementara itu, ibu hamil yang tertular virus campak berisiko mengalami keguguran.
- Anda Mungkin Ikut Menyebabkan Wabah Penyakit Di Lingkungan
Kasus-kasus penyakit menular di kalangan kelompok rentan dapat berkembang luas menjadi wabah di masyarakat. Untuk alasan inilah, pemerintah saat ini masih memberikan imunisasi polio kepada anak. Jika jumlah anak yang tidak mendapatkan imunisasi bertambah banyak, maka penyakit yang selama bertahun-tahun berhasil dicegah dapat kembali mewabah. - Sakit dan Komplikasi Penyakit Menimbulkan Biaya Tinggi Untuk Pengobatan dan Perawatan
Suatu penyakit tidak hanya berdampak langsung terhadap penderita dan keluarganya, tetapi juga terhadap masyarakat secara keseluruhan. Kejadian sakit dan komplikasi penyakit dapat membutuhkan biaya tinggi dan perawatan yang memakan waktu.Pasien difteri, misalnya, membutuhkan rawat inap segera di fasilitas kesehatan yang mampu menangani penyakit ini besertakomplikasi-komplikasinya.Pasien akan ditempatkan di ruang isolasi dan diberikan obat-obatan khusus. Penyakit campak rata-rata memerlukan hingga 15 hari perawatan, termasuk rata-rata kehilangan lima atau enam hari kerja atau sekolah bagi karyawan atau pelajar.
Orang dewasa yang terkena hepatitis rata-rata tidak bisa bekerja selama satu bulan. Dalam hal bayi yang terlahir dengan SRK, ia akan membutuhkan pengobatan seumur hidup dan bantuan serta terapi medis yang berbiaya tinggi.
- Penurunan Kualitas Hidup
Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi memiliki risiko komplikasi yang mengakibatkan disabilitas tetap. Contohnya, campak yang dapat menyebabkan kebutaan. Ada pula kelumpuhan sebagai gejala terberat yang dikaitkan dengan polio karena dapat menimbulkan disabilitas permanen dan kematian. - Risiko Penurunan Harapan Hidup
Vaksinasi yang tidak lengkap menyumbang kepada penurunan angka harapan hidup. Sebaliknya, imunisasi lengkap hingga anak berusia lima tahun dapat meningkatkan angka harapan hidup. Data menunjukkan bahwa anak yang tidak menerima imunisasi lengkap lebih mungkin tertular berbagai penyakit saat masih kanak-kanak, sehingga angka harapan hidupnya pun menurun. - Batasan Perjalanan dan Bersekolah
Beberapa negara mensyaratkan imunisasi lengkap bagi warga asing yang hendak berkunjung. Jika tidak diimunisasi, anak dapat kehilangan kesempatan untuk mengenyam pendidikan di negara-negara ini.Selain itu, sudah semakin banyak sekolah yang mencantumkan ‘imunisasi lengkap’ sebagai syarat pendaftaran. Tujuannya adalah agar semua anak dan warga sekolah terlindung dari penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin dan dengan demikian anak dapat menikmati hak belajarnya secara penuh di sekolah.
Nah, sudah jelas kan kenapa imunisasi itu sangat penting, khususnya untuk ibu hamil dan anak-anak. Yuk mulai dari keluarga kita sendiri harus sadar bahwa penting melakukan imuniasi untuk pertumbuhan anak. Imunisasi mencegah generasi muda Indonesia tumbuh dari penyakit-penyakit, menjadikan penerus generasi terbaik bangsa.
Perlu diingat, Imunisasi dasar lengkap pada bayi belum cukup untuk memberikan perlindungan optimal sehingga harus dibooster dengan imunisasi lanjutan pada baduta dan anak usia sekolah.
Yuk, Segera lengkapi imunisasi anak-anak sesuai usianya.