Kemudahan Transaksi Digital untuk Perjalanan Lebih Praktis di Cirebon

Siapa tak kenal Cirebon? sebuah kota kecil di pesisir utara Jawa, selalu menjadi destinasi yang penuh dengan pesona. Kota ini memang kaya akan sejarah, budaya, dan kuliner yang menggugah selera. Belakangan ini, aku dan teman-teman memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan di Cirebon. Dengan rencana mengunjungi Keraton Kasepuhan, Gua Sunyaragi, Pasar Kanoman, hingga mencicipi kuliner khas seperti nasi jamblang dan empal gentong, perjalanan ini benar-benar terasa seperti pelarian yang sempurna dari rutinitas harian.

Cukup 3 jam perjalanan saja dari Jakarta menuju Cirebon melalui tol Cipali. Melewati bersama mobil-mobil yang riuh akan menghabiskan weekend di luar kota. Namun, satu hal yang membuat perjalanan ini semakin menyenangkan adalah kemudahan transaksi berkat digitalisasi BRI, khususnya melalui aplikasi BRImo. Dari pembayaran QRIS di pasar tradisional hingga transfer dana untuk kebutuhan perjalanan, semuanya jadi lebih praktis.

Continue reading “Kemudahan Transaksi Digital untuk Perjalanan Lebih Praktis di Cirebon”

Inovasi Plepah: Kemasan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang

Sebagai seorang blogger yang peduli lingkungan, kisah Rengkuh Banyu Mahandaru dengan inovasi Plepah patut menjadi sorotan, terutama dalam rangkaian penghargaan SATU Indonesia Award.

Inovasinya dalam menghadirkan alternatif kemasan ramah lingkungan dari pelepah pinang menjadi contoh konkret bagaimana individu dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan sekaligus menciptakan solusi nyata terhadap isu plastik. Lewat ide sederhana namun berdampak besar ini, Rengkuh telah berhasil merintis “Plepah” sejak 2018 dan membuktikan bahwa bisnis berbasis kepedulian lingkungan memiliki potensi untuk berkembang secara ekonomi dan sosial.

Continue reading “Inovasi Plepah: Kemasan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang”

Menjaga Ekosistem Lewat Budidaya Lebah: Inspirasi dari Teguh Waluyo, Sang Perawat Lingkungan

Ketika mendengar cerita Teguh Waluyo dari Desa Darmakradenan, Kabupaten Banyumas, kita diingatkan betapa kekuatan tekad bisa membawa perubahan besar bagi lingkungan sekitar. Dimulai hanya sebagai pengisi waktu luang, Teguh berhasil membawa manfaat nyata bagi desanya melalui budidaya lebah madu dan penghijauan. Upayanya bukan sekadar mengisi kekosongan, tapi sudah menjadi penggerak penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan menanamkan kesadaran lingkungan di kalangan generasi muda.

Teguh yang merupakan lulusan S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi dari Universitas Negeri Semarang pada tahun 2012, tidak hanya bekerja sendirian. Ia menyadari bahwa perubahan nyata memerlukan kolaborasi, dan karena itu, ia melibatkan masyarakat luas, khususnya anak muda, dalam misi lingkungan ini. Hingga kini, Teguh dan 32 keluarga lainnya di Banyumas telah membudidayakan lebih dari 3.000 koloni lebah madu klanceng.

Continue reading “Menjaga Ekosistem Lewat Budidaya Lebah: Inspirasi dari Teguh Waluyo, Sang Perawat Lingkungan”

Gerakan Konservasi Tiga Mata Air: Sinergi Antara Pertanian dan Lingkungan di Desa Tapobali

Di tengah pesona alam Desa Tapobali, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, terhampar berbagai tanaman pertanian. Tanaman padi, jagung, dan sorgum tumbuh subur, menciptakan panorama yang menggugah rasa peduli akan lingkungan. Menurut Hendrikus Bua Kilok, seorang pemuda yang berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat setempat, para petani di desa ini mengandalkan hasil pertanian untuk konsumsi pribadi, terutama saat musim hujan.

Hendrikus, yang lahir pada 21 Januari 1997 di Kunak, kembali ke kampung halamannya setelah merantau di Malaysia pada 2018. Kembalinya ia ke desa memberikan semangat baru bagi para pemuda lainnya. Dengan bantuan Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Larantuka (Yaspensel) yang masuk ke desa pada tahun yang sama, Hendrikus dan sepuluh pemuda lainnya mulai menyadari potensi besar sorgum, yang sesuai dengan kondisi tanah di wilayah mereka. “Sorgum cocok ditanam di tempat kami. Produksinya stabil dan jarang gagal panen,” jelas Hendrikus.

Continue reading “Gerakan Konservasi Tiga Mata Air: Sinergi Antara Pertanian dan Lingkungan di Desa Tapobali”

Suprianto Haseng dan SEJUMI: Menghadirkan Harapan di Perbatasan

Jika Anda mencari inspirasi tentang dedikasi dan perjuangan tanpa pamrih dalam dunia pendidikan dan sosial, kisah Suprianto Haseng atau yang akrab disapa Yanto, bersama komunitas SEJUMI (Sejuta Mimpi Anak Batas) patut menjadi perhatian. SEJUMI bukan sekadar komunitas relawan; ini adalah gerakan penuh empati yang mencoba menggapai mimpi anak-anak di wilayah perbatasan Indonesia, khususnya di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, dengan menyediakan akses literasi yang jarang mereka miliki.

Di balik berdirinya komunitas ini adalah Yanto, seorang pemuda yang mengabdikan dirinya untuk memberikan pendidikan lebih baik bagi anak-anak di daerah yang kurang terjangkau. Berangkat dari pengalaman pribadi dan kepedulian yang mendalam, Yanto menginisiasi SEJUMI saat masih menempuh pendidikan di Jakarta pada tahun 2017.

Continue reading “Suprianto Haseng dan SEJUMI: Menghadirkan Harapan di Perbatasan”