Hitam Putih Dikesunyian Tanah Cepe

 

6c065-dsc_4530a2
Serem! mungkin itu kata yang pertama terlintas jika berkunjung ke kuburan apalagi dengan luas yang sampai berhektar-hektar. Suatu hal yang tidak biasa berkunjung ke kuburan tanpa ada maksud tertentu. Memang pada dasarnya orang mengunjungi kuburan hanya untuk keperluan semata seperti berziarah, tapi toh ternyata jalan-jalan ke kuburan bisa dijadikan alternatif dalam mengisi waktu luang.
Berlokasi di jalan imam bonjol, karawaci, tangerang. Tanah cepe merupakan kompleks perkuburan tionghoa yang luasnya bahkan melebihi saudara kembarnya yaitu tanah gocap. Keduanya memang di kelola oleh perkumpulan boen tek bio. Merujuk dari kata asalnya, cepe atau cepek merupakan serapan dari bahasa Hokkien yang berarti seratus. Konon dahulu tanah di perkuburan tersebut mencapai Rp.100 permeter.
dd712-dsc_4562a5a

Berbeda dengan tanah gocap yang ramai karena di lalui oleh jalan utama, tanah cepe bisa di bilang sangat sunyi dari hingar bingar keramaian. Padahal tak jauh dari sana terdapat kota satelit yang sangat padat seperti lippo karawaci maupun kota tangerang.

Hanya ada segelintir anak-anak kecil yang memanfaatkan luasnya lahan kuburan untuk bermain. Keberadaan mereka seakan mengingatkan saya saat masih sd yang pernah bermain ke perkuburan tionghoa di tanah kusir. Karena letaknya tidak jauh, bermain ke kuburan memang menyenangkan pada saat itu.

Pada waktu tertentu khususnya setiap bulan april, diadakan tradisi cheng beng yaitu sembahyang kubur khususnya bagi orang tionghoa yang di selenggarakan oleh perkumpulan boen tek bio. Ceng beng berasal dari bahasa Hokkien yang berarti terang dan cerah. Tradisi yang sudah turun temurun diadakan sejak zaman dinasti ming dimaksudkan untuk menghormati para leluhur dan sanak keluarga yang  sudah meninggal dunia.

86649-dsc_4816a12
Memang tak bisa dipungkiri banyak yang menganggap kuburan itu menyeramkan, apalagi dengan berbagai aksi uji nyali menantang setan yang sering diakan oleh televisi seakan menambah ketakutan orang untuk berkunjung. Terlepas dari sisi horornya, sebetulnya banyak sisi menarik dari kuburan, terlebih jika di tata semenarik mungkin sehingga tak nampak keseramannya.
Untuk dapat mengunjungi tanah cepe kita perlu meminta izin, minimal kepada penjaga makan. Selanjurnya kita dapat bebas mengexplore seluruhnya, namun ingat jangan asal menginjak apalagi sampai merusak. kita harus menghormati para arwah yang di kubur disana.

Bukan Sekedar Wisata Religi Biasa

 

7d7d1-foto1
Banyak cara yang bisa dilakukan pada bulan ramadhan yang suci dan penuh rahmat ini, salah satunya adalah dengan berwisata religi. Baik itu mengunjungi masjid, melakukan kegiatan sosial di panti asuhan, ataupun berziarah ke makam penyebar agama islam seperti wali songo ataupun lainnya. Dengan melakukan wisata religi, diyakini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang agama juga mempertebal keyakinan terhadap sang maha pencipta.
Kali ini saya mengunjungi salah satu masjid di daerah Tangerang yaitu Masjid Agung Nurul Yaqin. Sering disebut sebagai masjid pintu seribu karena memang memiliki pintu yang banyak layaknya lawang sewu di semarang. Lokasinya berada di jalan kampung bayur, Priuk Jaya, Tangerang, Banten. Tidak seberapa jauh dari perbatasan kota dan kabupaten Tangerang di jalan bayur raya.
b9d25-dsc_6177aa
Masjid Agung Nurul Yaqin atau masjid pintu seribu didirikan oleh almarhum Syekh Al Bakhir Mahdi pada tahun 1978. Selain memiliki bangunan yang luas dan panjang, masjid ini juga unik karena tidak memiliki kubah besar dan megah seperti masjid pada umumnya. Angka 999 tergambar disetiap lorong dan juga pagar. Angka tersebut merupakan pengabungan dari 99 nama-nama allah dalam asmaul husna dan jumlah dari 9 wali songo.
Tiba-tiba Muncul seseorang menanyakan waktu untuk berziarah, mungkin karena takut bentrok dengan waktu maghrib yang tinggal satu jam lagi. Setelah sholat ashar, akhirnya kami diajak untuk mengunjungi salah satu makam yang letaknya tidak seberapa jauh dari tempat shalat tadi. Terdapat tiga makam dan salah satunya adalah makam Sayyidi Syekh Abdullqodir Al Jaelani. Selanjutnya beliau yang tidak diketahui namanya itupun langsung memimpin doa didepan makam tersebut.
33eef-foto3
 Pada ziarah berikutnya, beliau mengajak ke sebuah bangunan berlantai empat yang ditutupi oleh pagar besi yang terkunci. Sebelum masuk, kami disarankan untuk menyalakan lampu senter selama perjalanan di dalam. Beruntung dua diantara kami membawa handphone yang bisa menyalakan lampunya. Dengan terbata-bata mengikuti langkah beliau yang sangat lincah melewati lorong demi lorong yang sangat sempit dan pendek. Jalanan yang berliku dan gelap persis seperti sedang melewati sebuah labirin.
Dengan perlahan namun pasti, akhirnya sampai di sebuah ruangan yang hanya di terangi oleh sebuah lampu. Terlihat empat buah lorong yang salah satunya ditutupi oleh pagar besi. Sepertinya ada makam didalam lorong-lorong kecil tersebut.
9b239-dsc_6142a
Suasana di dalam bisa dibilang sangat pengap, sunyi dan lembab. Tidak ada suara apapun keluar kecuali suara kami berlima. Secara tiba-tiba beliau mematikan satu-satunya lampu di ruangan tersebut. Gelap bukan main, menutup mata ataupun tidak sama saja, sama-sama gelap.
Kemudian beliau memulai ceritanya tentang kehidupan setelah di dunia nanti. Bagaimana rasanya ketika berada di dalam kubur, tidak ada cahaya, hidup dalam kegelapan, pengap, sunyi, tak ada satupun yang dapat menolong kecuali amalan selama hidup. Lalu kami pun diajak untuk sejenak merenung tentang kehidupan di akhirat kelak. Tak lama pembacaan ayat-ayat Al Quran pun dimulai, disaat itu juga seketika batin saya tercabik, menangis tanpa sebab. Muncul rasa takut kepada sang pencipta, rasanya saya tidak ada apa-apanya di dunia ini dibandingkan dengan sang maha kuasa Allah SWT.
Kami diberi waktu untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal dan juga memohon doa yang ingin dikabulkan. Kurang lebih 15 menit terkurung dalam kegelapan akhirnya lampu dinyalakan. Selanjutnya beliau memohon sumbangan seikhlasnya untuk melanjutkan pembangunan masjid pada sebuah kotak yang sudah disediakan. Emang sih kalau dilihat, pembangunan masjid ini masih setengah jalan, bahkan banyak tembok yang belom di rapihkan lalu bangunan atap yang masih belom diselesaikan.
20879-foto5
Satu persatu akhirnya masuk kembali ke dalam lorong yang sempit dan sangat gelap itu. Sialnya, saya mendapat giliran paling terakhir. Panik bukan main manakala saya hampir ketinggalan dengan rombongan. Untungnya tidak ada yang membuntuti saya selama berada paling belakang.
Terlihat cahaya yang sangat indah muncul dari balik gerbang yang tadinya terkunci. Bersyukur masih bisa melihat cahaya matahari lagi. Sungguh perjalanan spiritual yang luar biasa. Dapat menjadi obat alternatif dalam mengisi kekosongan hati maupun batin. Rasanya menjadi sangat plong dengan masalah dan beban hidup yang tidak kunjung selesai juga dengan penyakit hati yang selalu bermunculan.
Mengunjungi masjid seribu pintu ini sangat tepat pada saat siang hari karena jika sore akan bentrok dengan waktu maghrib. Disarankan untuk membawa senter untuk dapat berjalan di lorong-lorong sempit dan gelap tersebut. Dan bersiaplah untuk merasakan sensasi  duduk di dalam kegelapan selama bermenit-menit.

Masjid Agung Nurul Yaqin (Masjid Pintu Seribu)
Jalan kampung bayur, Priuk Jaya, Tangerang, Banten.

7 cerita random tentang suku baduy dalam

Salah satu rumah di baduy luar

Baru-baru ini saya mengunjungi suku baduy yang berada di kampung cibeo, Kabupaten lebak, Provinsi Banten. Saya begitu terkesima manakala mereka masih memegang teguh adat istiadat di tengah modernisasi saat ini. Nilai budi pekerti dan luhur dijunjung tinggi selaras dengan harmoni bersama alam. Itulah suku baduy khususnya baduy dalam, mereka memang tidak mau menerima teknologi dan juga budaya dari luar, bahkan orang luar pun (bule) tidak boleh masuk. Tetapi nyatanya dibalik sosok yang terkesan kaku dan kolot itu, ada beberapa cerita menarik untuk dibahas, berikut adalah 7 cerita random tentang suku baduy dalam :

1. Sangat suka travelling
Malam itu, kami sedang asyiknya mendengarkan cerita dari salah seorang bisa dibilang sesepuh. ternyata orang baduy juga doyan ngobrol sama seperti orang pada umumnya dan juga bisa berbahasa indonesia. Saat ini beliau berumur 61 tahun. Lalu bercerita kepada kami bahwa dulu sewaktu muda, dia pernah ke bandung untuk sekedar berjalan-jalan. Beliau pergi ke gedung sate dan beberapa tempat lainnya di bandung. Menempuh perjalanan dengan jalan kaki sekitar 5 hari lamanya dari baduy dalam! dan Jikalau malam, biasanya menginap di kelurahan ataupun polsek terdekat. sungguh hal yang terkesan ‘gila’ jika dilakukan oleh orang awam melakukan jalan kaki seperti beliau sampai berhari-hari.

Cerita lain berasal dari safri, seorang laki-laki muda baduy dalam. Dia suka pergi ke jakarta hanya untuk berjalan-jalan saja atau bertemu dengan temannya. Total sudah 23 kali safri ke jakarta. Bahkan dia pernah hangout ke salah satu mal di daerah bundaran HI dan makan di sebuah restoran cepat saji. Jika teman-temannya naik mobil atau motor maka dia akan tetap berjalan kaki dan tidak memakai sandal tentunya. untuk dapat bertemu dengan temannya di jakarta, maka safri harus ke baduy luar untuk mengabarinya via sms.

2. Kehangatan dalam keluarga
Entah mengapa Saat berada di baduy dalam, malam hari akan terasa lebih lama dibandingkan biasanya, padahal baru sekitar jam 7 malam, tapi rasanya sudah seperti jam 12 malam. Ingin rasanya cepat bertemu dengan pagi, terlebih tak banyak yang bisa dilakukan apalagi tak ada listrik. Beruntung si empunya rumah menyuguhkan pisang rebus yang sangat hangat (panas) untuk kami.
Ketika sedang asyiknya menyantap sebuah pisang rebus dengan segelas kopi hitam yang tiis, keluarga di tempat yang kami tempati ternyata sedang asyiknya menyantap nasi plus mie instan dengan lahapnya. Mereka makan bersama dalam satu keluarga terdiri bapak, ibu, anak juga menantu dalam sebuah pelepah pisang. mungkin makanannya biasa saja, tapi makan secara bersama-sama apalagi dalam satu wadah itu yang luar biasa. makan seperti itu dapat menghangatkan suasana keluarga juga membuatnya semakin dekat dan akrab.
3. Kampung tanpa deterjen
Ketika ingin ke baduy dalam, saya dan teman lainnya sudah diwanti-wanti untuk tidak membawa sabun, odol, shampoo apapun itu yang yang berjenis deterjen. Mereka (orang baduy dalam) memang sangat menghargai juga menjaga tanah dan sungai agar tetap alami dan bersih, sampai-sampai bahan deterjen pun sangat dilarang untung mengotori kampung mereka. Saya ingat ketika mendengar berita jakarta krisis air tanah, bukan hanya semakin mengering tapi juga sudah bercampur dengan limbah deterjen dari rumah tangga maupun pabrik. Itulah bahayanya deterjen bila sisa pemakaiannya langsung dibuang kesungai atau tanah.
Orang baduy memang cerdas dalam memanfaatkan alam sebaik mungkin, buktinya untuk mandi saja mereka memanfaatkan batang pohon honje sebagai sabunnya, juga serabut kelapa sebagai sikat giginya. Untuk Urusan membilas pakaian, mereka memang tidak menggunakan pemutih, sabun apalagi pewangi pakaian. cukup dengan di gosokan dengan batu-batu di sungai, pakaian mereka langsung bersih bak seperti di iklan pencuci pakaian. bahan pakaian mereka memang tidak setebal bahan jeans atau wol, jadi di gosok, cuci  dan jemur ala penonton musik tv pun jadi. satu lagi, pernah mendengar abu gosok? nah kalau mencuci peralatan rumah tangga seperti sendok, piring maupun gelas mereka pakai abu gosok. suatu hal sangat jarang dilakukan oleh orang ‘modern’ saat ini menggunakan abu gosok, bahkan tukang abu gosok pun seperti sudah menghilang dari bumi. walau memang ribet, tapi menggunakan abu gosok diyakini tak akan merusak lingkungan karena berasal dari sisa pembakaran tumbuhan juga.   
 
4. Menikah di jodohin
Cerita menarik ketika membahas tentang pernikahan. Safri ternyata sudah berkeluarga dan mempunyai tiga orang anak. padahal kalau dilihat dia memang masih sangat muda dan umurnya masih 25 tahun. Orang baduy memang banyak yang menikah muda atau istilahnya pernikahan dini. Lanjut ke cerita awal, Lalu dia (safri) bercerita bahwa menikah di baduy dalam tidak melalui proses pacaran tetapi dijodohkan langsung dengan orang tua. Dan pastinya dijodohkan dengan orang baduy dalam juga.

“kalau ga suka sama jodohnya bagaimana?” salah satu teman saya bertanya
“ya hanya di pendam saja dalam hati” safri pun menjawab dengan malu-malu

walau begitu, safri bercerita bahwa kehidupannya setelah menikah seperti orang pacaran. tak ada perselisihan dari mereka bahkan selalu menerima kekurangan maupun kelebihan dari pasangan masing-masing. so sweet!
Jembatan Bambu Baduy Luar

5. Keramahan dan Ijin tinggal di baduy dalam

Orang baduy sebenarnya sangat welcome dengan pendatang (bukan orang bule). Kesan menyeramkan tidak sama sekali terpancar, yang ada malah keramahan dan murah senyum. Mereka bersedia rumahnya dijadikan tempat menginap sementara, juga rela memasak makanan bagi para tamunya. Namun jangan lupa untuk membawa logistik ya berupa beras dan lauknya, jangan sampai mereka yang menyediakan logistik untuk kita.
Saya sempat berpikir bahwa enak juga  ya kalau tinggal di baduy dalam lebih lama, karena tidak akan bertemu dengan stress, polusi dan lainnya. Ternyata Ijin tinggal di baduy dalam hanya boleh dua malam saja. Namun pernah ada yang tinggal sampai sebulan lho, tentu bukan maksud untuk jalan-jalan semata, mereka adalah para peneliti dari universitas di daerah bandung. terus mereka menginap di rumah orang gitu selama sebulan? tentu tidak, pada akhirnya masyarakat suku baduy dalam pun bergotong royong untuk membuatkan sebuah rumah khusus bagi para peneliti tersebut. Masyarakat baduy memang dikenal sangat bergotong royong satu sama lain. terutama jika ingin membangun rumah, maka mereka rela untuk menyediakan tenaganya tanpa di bayar sepeserpun uang.
6. Mencuci kaki sebelum masuk rumah

Mungkin bagi sebagian orang terutama saya, tidak menggunakan alas kaki kemanapun merupakan hal yang tidak biasa dan kesannya aneh aja. Sangat berbeda dengan orang baduy dalam, mereka harus, kudu, wajib untuk tidak menggunakan alas kaki alias nyeker kemanapun sekalipun itu di mal. Itu merupakan ketentuan dari leluhur. Walau begitu, ketika masuk rumah, mereka akan selalu mencuci kaki dengan air dalam sebuah wadah bambu semacam kelontong gitu yang sudah di siapkan di depan rumah, kemudian mengalas kaki pada kain kecil berwarna biru kehitaman. Wadah bambu tersebut ada namanya masing-masing, jadi tidak sembarang orang memakainya.

Perkampungan terakhir sebelum menuju baduy dalam

 
7. Kepala suku (Pu’un) yang bisa segalanya
Sebuah perkampungan baduy dalam di kampung cibeo ternyata punya seorang pu’un atau semacam kepala suku. Banyak yang meyakini khususnya orang baduy, seorang pu’un punya kelebihan yang beda di bandingkan orang biasa. kelebihan seorang pu’un adalah dapat menentukan kapan masa tanam dan kapan masa panen. Seorang pu’un berhak menerapkan hukum adat, juga dapat mengobati yang sakit, dan menentukan kapan masuk waktu Kawalu, yaitu masa puasa untuk warga Baduy. Orang baduy juga puasa, namun uniknya mereka puasa selama tiga bulan. Dalam satu bulan hanya satu hari saja berpuasanya. 
Untuk sekedar berbincang seperti biasa dengan seorang pu’un atau kepala suku rasanya tidak mungkin dilakukan. Namun jika punya tujuan atau keluhan baik itu masalah kesehatan, mendapatkan pekerjaan, ingin gaji naik atau bahkan jodoh, beliau akan bersedia datang. Ada pantangan bila ingin bertemu, kita tak boleh merokok di depan beliau. Orang baduy memang tidak ada satupun yang merokok apalagi seorang pu’un. Tapi jika ingin merokok di rumah masyarakatnya tak masalah.

Klenteng Tertua di Kota Benteng

Kota Benteng atau yang sekarang kita kenal Kota Tangerang, adalah sebuah kota di pinggiran Ibu Kota Jakarta. Kota ini cukup unik, terdapat beberapa Klenteng dan usianya cukup tua. Klenteng itu sendiri adalah sebutan yang hanya ada di Indonesia, yang berasal dari bunyi suara lonceng yang dibunyikan pada saat menyelenggarakan upacara. 

Klenteng Boen Tek Bio. Berdiri sejak tahun 1684. Merupakan Klenteng tertua di Kota Tangerang. Klenteng ini adalah Klenteng penganut Keagamaan umat Buddha, Kong Hu Cu dan Tao. Berada persis di jalan Bhakti, pasar lama, Kota Tangerang. Pasar lama adalah Sebuah Pecinan di Kota Tangerang.

Jalanan yang cukup sempit hanya motor bisa lewat, walau ada mobil lewat sini, namun sangat sulit sekali untuk kedalamnya. klenteng ini berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk. Namun kita bisa parkir kendaraan kita di sekitar jalan Kisamaun dan berjalan kaki sekitar 100 meter untuk kedalam.

Orang sedang sembahyang
salah satu sudut di dalam klenteng

Terlihat beberapa orang sibuk menghias klenteng yang akan di pakai dalam menyambut imlek. Jangan sungkan untuk bertanya-tanya disana, karena orang-orangnya ramah-ramah banget. Tadinya sih, kita hanya akan berada di sekitar depan  klenteng itu, eh malah kita diajak masuk kedalam melihat sekeliling di dalam Klenteng.

Terdapat beberapa Altar di dalam klenteng itu. Altar itu sendiri adalah tempat pemujaan. Namun kita tidak boleh berfoto di dalam Altar Utama di Klenteng itu. Altar utama itu merupakan bagian yang paling disakralkan di Klenteng ini. Namun untuk berfoto diluarnya sendiri sih tak apa-apa.

Tak seperti yang di bayangkan, bahwa klenteng ini kecil. ternyata halamannya sendiri cukup luas. Di dalamnya terdapat aula yang cukup besar, yang mungkin di gunakan untuk keperluan umat. Saya sendiri melihat ada sebuah Barongsai yang cukup panjang, mungkin di gunakan untuk latihan barongsai.

Aula di dalam klenteng
Lonceng di dalam Klenteng

Yang cukup unik disini, orang tionghoa disana itu bahasanya rada ke sunda-sundaan. malah ada yang memanggil dengan sebutan teh. cukup unik memang, karena rata-rata disini adalah Peranakan Tionghoa.

Peranakan Tionghoa sendiri adalah percampuran antara budaya Tionghoa dengan budaya lokal, yaitu sunda. walau tak semuanya bisa bahasa sunda, tapi beberapa orang yang saya lihat logat-logatnya agak kesunda-sundaan.

Menelusuri Jejak Banten Lama

Banten Lama, adalah sebuah situs kesultanan Banten yang berdiri di barat jawa. Dahulu kerajaan ini sangat tersohor sekali, namun sekarang hanya tertinggal bekas peninggalannya saja. Seperti menelusuri kota tua, namun bedanya ini kota kerajaan yang sangat kaya akan sejarah.

Pertama kita bisa ke Mesjid Agung Banten. Terdapat menara mesjid yang cukup unik, karena bentuknya seperti mercusuar, dan menara itu merupakan lambang dari Provinsi Banten. saking penasarannya sama menara itu, akhirnya saya pun masuk ke dalamnya. Cukup bayar Rp.2000 di pintu masuk pertama, eh ternyata begitu sampai di atas bayar lagi, walau seiklasnya.

Ternyata pemandangan dari atas menara mesjid itu bagus banget. saya juga baru tahu kalau banten lama itu dekat dengan pantai. terlihat pulau-pulau kecil disana, atau perbukitan juga. 

View Dari Menara Mesjid Agung Banten
Pondasi Kayu di dalam Mesjid Agung Banten

Bentuk dalam mesjidnya juga masih orisinil. terlihat beberapa kayu menjadi pondasinya. namun sayang, diluar pelataran mesjid, banyaknya pedagang, serta pengemis jadi nilai minus. Disamping mesjid juga ada bangunan entah apa, baunya seperti bau ayam, ternyata itu adalah sarang kekelawar. 

Namun, bagi saya mesjid ini ada magnet tersendiri untuk berkunjung kesini, selain sebagai tempat beribadah, mesjid ini juga sebagai tempat Ziarah. terdapat makam Sultan Maulana Hasanuddin di samping Mesjid Agung. Namun kami tak berziarah disana, melainkan berwisata sejarah kerajaan banten.  
Benteng Surosowan
Museum Situs kepurbakalaan banten
Ketika berada di menara mesjid Agung Banten, saya melihat ada sebuah Benteng yang lumayan besar. Ternyata itu adalah Benteng Surosowan Begitu sampai disana, kondisinya memang memprihatinkan. seperti tak diurus lagi. untuk masuk kedalamnya pun dikunci. Setelah nanya sama warga sekitar, ternyata ada celah untuk bisa masuk kedalam. Kami harus manjat untuk bisa masuk kedalam. anak-anak penduduk sekitar juga memanfaatkan benteng ini sebagai tempat bermain, malah ada sebuah gawang bola disana. 
Selain itu ada juga Museum Situs kepurbakalaan banten. Sedikit menarik dengan atap bangunan museum itu, karena berasitektus khas jawa barat, dan juga jawa tengah. Dari luar sih, saya lihat banyak bebatuan dan sepertinya museum ini lebih ke jejak peninggalan purbakala dahulu banten. Namun sayang, kami tak sempat berkunjung ke Museum ini. 
Vihara Avalokitesvara
Benteng Spellwijk
Keluar dari area Mesjid Agung Banten, terdapat sebuah Vihara yang sangat megah. Namanya Vihara Avalokitesvara. Viharanya sepi banget, dan juga sangat bersih dan terawat. Tak terlihat bangunan ini seperti bangunan lama. Warna yang cerah dan juga bersih menjadikan bangunan ini seperti bangunan baru. Cukup luas juga halaman vihara itu, walau bangunan utamanya sendiri tak terlalu besar. 

Di depan Vihara tersebut, ada sebuah benteng yang cukup megah. Namanya Benteng Spellwijk. Namun seribu sayang, tak ada yang mengurus disana. malah dijadikan tempat pacaran oleh pasangan muda-mudi. Masuk kedalamnya pun tak harus bayar, motor juga bisa masuk kedalam. Tapi bila dibandingkan dengan benteng yang ada di dekat Mesjid Agung Banten, benteng ini masih tersisa sebagian bentuknya. Cukup besar  dan tinggi juga Bentengnya. Jadi, kalau misal benteng ini di kunci seperti Benteng Surosowan, susah juga untuk manjatnya. 
Menara Mesjid Pacinan Tinggi
Danau Tasikardi
Di perjalanan mau pulang, kami menemukan sebuah bangunan unik. Namanya Menara Mesjid Pacinan Tinggi. Konon, dahulu ini adalah mesjid dan bangunan itu adalah menara mesjidnya. namun sekarang hanya tersisa menara saja dan ada juga sisa tempat mihrab juga disana. Katanya sih ini ada sebuah makam cina disamping bekas mesjid itu, tapi karena cuma transit, jadi kami tak melihat ada makam disana.
Setelah melewati mesjid itu, kami pun melihat ada sebuah danau yang lumayan besar. Danau itu bernama Tasikardi. Tasikardi itu merupakan tempat penampungan air yang berasal dari Sungai Cibanten, dan digunakan untuk perairan persawahan, untuk warga sekitar maupun digunakan untuk kesultanan banten. 
Menurut sumber wikipediabahwa Pulau yang ada di tengah Danau Tasikardi, dahulunya merupakan tempat istirahat keluarga kesultanan. Masuk ke dalamnya pun gratis, ada sebuah celah disisi danau itu, motor bisa masuk, cuma mobil tidak. ada permainan seperti bebek-bebekan dan pendopo untuk beristirahat. 

Seperti berada di masa lampau, Banten lama menyimpan sejarah akan keberadaan Kesultanan Banten. Kerajaan ini benar-benar berdiri dengan baik, lengkap dengan prasarana kerajaan, baik peristirahatan maupun peribadatan. Namun sayang, saya tak sempat berkunjung ke situs keratonya, baik keraton surosowan maupun kaibon. ada  juga sebuah pelabuhan di dekat banten lama bernama karangantu, menjadikan dulunya, Kesultanan Banten merupakan kerajaan yang penting pada masanya. 

sumber sejarah banten lama :