Menjawab Tantangan Dalam Pengembangan UKM Halal di Indonesia

Berbicara soal ekosistem Halal di Indonesia memang cukup luas cakupannya. Tidak hanya menyangkut soal makanan saja, tetapi lebih dari itu. Seperti mencakup kepada jasa keuangan syariah, pariwisata halal, Busana Muslim (fashion), Media halal dan terlebih pada industri makanan minuman, kosmetik, obat-obatan dan barang konsumsi lainnya.

Oleh karena itu, potensi yang didapatkan dari ekosistem halal ini cukup menjanjikan jika dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Berbicara soal pengembangannya, tidak hanya bagi negara mayoritas muslim seperti Indonesia saja yang dapat mengembangkannya, namun negara dengan minoritas muslim saat ini sudah mulai melirik ekosistem Halal yang diyakini sangat menjanjikan.

Sebelum membahas ekosistem halal, mari kita membahas lebih lanjut apa itu Halal.

“Halal” adalah istilah dalam bahasa Arab yang berarti “diperbolehkan” atau “diizinkan”. Dalam konteks Islam, halal merujuk pada segala sesuatu yang diizinkan menurut hukum syariah (hukum Islam). Hal ini biasanya terkait dengan makanan dan minuman, tetapi juga mencakup aspek lain dari kehidupan sehari-hari.

Menjadi halal berarti mematuhi hukum dan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Islam, memastikan bahwa segala sesuatu yang dikonsumsi atau digunakan adalah sesuai dengan keyakinan dan praktik keagamaan.

Potensi Ekosistem Halal di Indonesia Sebagai Negara Mayoritas Muslim

Dalam pengembangan ekosistem halal, dapat mendorong terjadinya arus perekonomian baru yang berpotensi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tingginya permintaan produk halal di Indonesia disebabkan oleh tingkat populasi dari masyarakat Muslim yang mencapai 236 juta atau sekitar 84,35% dari total populasi (source data: World Population Review).

Pada tahun 2022, menurut data The State of Global Islamic Economy Report mengungkapkan pada indikator ekonomi syariah, Indonesia berhasil menduduki peringkat ke-4 dunia.

Bisa diperkirakan bahwa trend mengonsumsi produk halal dapat mengalami peningkatan sebesar 6,3% atau mencapai 1,38 triliun US dolar pada tahun 2024.

Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar ke-2 di dunia (source data: World Population Review 2024), Indonesia hanya dapat bertengger di peringkat 10 sebagai negara produsen produk halal dunia.

Adapun beberapa hal yang menjadi tantangan tantangan untuk dipecahkan guna mencapai pengembangan ekosistem halal yang terintegrasi di Indonesia:

  1. Sumber daya manusia: pengetahuan, kompetensi, dan perilaku sumber daya manusia.
  2. Pelayanan dan teknologi informasi: aksesibilitas, jaringan, dan transformasi digital.
  3. Isu syariah: produk dan layanan halal, return kompetitif, dan sumber dana halal.
  4. Kesadaran masyarakat: edukasi, kepercayaan, dan sosialisasi.

Tantangan Dalam Pengembangan UKM Halal di Indonesia

Berbagai macam hambatan dapat menjadi tantangan tersendiri dalam mengembangkan UKM di  Indonesia. Hal yang pertama adalah menyangkut perundang-undangan. Belum ada Undang-undang yang mengatur secara resmi perihal ekosistem halal dalam UKM. Padahal pangsa pasarnya lumayan besar dan merata di seluruh Indonesia. Menurut data dari Kementerian Keuangan Indonesia pada tahun 2019 saja terdapat 65,4 juta UMKM di Indonesia. Dengan memberikan kontribusi terhadap PDB Nasional sebesar 60,5% dan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 123,3 ribu. Angka yang besar, bukan?

Selain itu kendala biaya juga menjadi hambatan UKM dalam pengembangan ekosistem halal. Banyak diantaranya tidak mengetahui perihal syarat dan ketentuan dalam mengkategorikan barang dan jasa sebagai halal.

Secara umum halal adalah barang dan jasa yang tidak mengandung alkohol dan babi. Badan Penjaminan Produk Halal (BPJPH) juga sempat menyebutkan bahwa halal juga mencakup segala sesuatu yang tidak mengandung zat yang dapat membahayakan tubuh. Kelemahan BPJPH adalah tidak tersedianya data yang terpusat dan lengkap

Kendala SDM juga menjadi penghambat dalam pengembahan UKM halal di Indonesia. Bisa dikatakan, kurangnya karakter SDM yang baik. Minimnya karakter untuk memajukan industri keuangan syariah menjadi tanda bahwa harus ada pendidikan karakter yang baik bagi lulusan Ekonomi Syariah untuk dapat membantu memajukan ekosistem halal Indonesia. Selain itu, banyak lulusan Ekonomi Islam yang tidak terserap ke lapangan kerja. OJK menyarankan pembahasan kurikulum dengan Kementerian Tenaga Kerja dan asosiasi tenaga kerja lainnya untuk mempersiapkan lulusan dengan keterampilan yang tepat.

Bagaimana Bank Syariah Dapat Menjadi Wadah Dalam Pengembangan UKM Halal di Indonesia

Bank syariah berfungsi sebagai perantara dan penyedia jasa keuangan yang berpedoman pada etika dan nilai-nilai Islam, yang mengutamakan pantangan bunga, usaha spekulatif yang tidak produktif, dan praktik yang tidak pasti. Berkomitmen pada keadilan, mereka secara eksklusif mendukung kegiatan bisnis halal. Selain itu, bank syariah bertindak sebagai perantara antara pemilik dana dan pihak yang membutuhkan dana.

Perbedaan dengan bank konvensional, bank syariah memiliki pendekatan yang berbeda dalam mencari keuntungan, yaitu menerapkan prinsip bagi hasil dalam pembiayaan dibandingkan mengandalkan utang berbasis bunga. Islam mengharamkan  dimasukkannya riba, sehingga mengharamkan segala bentuk bunga sebagai penambah pokok utang.

Berdirinya Bank Syariah Indonesia membawa dampak positif bagi kemajuan ekosistem halal di Indonesia

Setelah menetapkan tanggal 1 November 2021 sebagai hari perdana beroperasinya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) siap menapaki perjalanan yang komprehensif dan harmonis di tahun 2022. Bank Syariah Indonesia sangat mendukung pengembangan suatu UKM halal. Dalam Hal ini, Bank Syariah Indonesia sangat terbuka untuk membantu (pembiayaan) atau menjalin kerja sama. Terutama yang memang induutrinya itu berada disektor yang halal, bukan disektor yang haram.

Seperti Kredit mikro, yang sering disebut “kur”, atau kredit usaha rakyat, di rancang khusus untuk membantu bisnis kecil yang kesulitan mendapatkan akses ke pasar keuangan syariah.

Pentingnya kredit mikro sebagai instrumen untuk mendukung UKM tidak hanya tercermin dari aspek akses keuangan, tetapi juga sebagai alat untuk mempercepat pertumbuhan sektor ekonomi. Produk ini memiliki karakteristik unik, di mana persyaratan pembayarannya dapat disesuaikan dengan kapasitas pembayaran pelaku usaha mikro, dan biasanya ditawarkan dengan jumlah pinjaman yang relatif kecil.

Namun, yang menjadi kunci dalam konteks bank syariah adalah bagaimana produk ini diimplementasikan dengan mematuhi prinsipprinsip keuangan syariah. Proses implementasi produk mikro dalam Bank Syariah melibatkan penggunaan akad- akad syariah seperti murabahah, mudharabah, atau musyarakah. Hal ini menjadi langkah kritis untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip keuangan syariah yang mendasari operasional Bank Syariah.

Tantangan Bank Syariah Dalam Pengembangan UKM Halal

Tantangan muncul dalam pengembangan UKM halal, diantaranya dalam bentuk evaluasi risiko usaha dan pengembangan strategi pembiayaan yang tepat untuk sektor mikro dan kecil. bisa dibilang dalam konteks ini, kolaborasi antara bank syariah dan pelaku UKM halal menjadi kunci untuk meningkatkan efektivitas dukungan keuangan.

Dalam hal ini, Bank Syariah memiliki peran sebagai mitra strategis dalam pembiayaan yang sesuai prinsip syariah. Evaluasi risiko usaha perlu dilakukan secara menyeluruh, dan pengembangan strategi pembiayaan harus mempertimbangkan karakteristik unik dari sektor mikro dan kecil.

Namun, masih ada beberapa masalah yang dihadapi dalam menyediakan pembiayaan untuk sektor mikro dan kecil. Mungkin salah satu tantangan utama adalah menciptakan produk keuangan mikro yang tidak hanya sesuai dengan prinsip syariah, tetapi juga dapat bersaing dalam pasar yang dinamis. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi dalam desain produk dan strategi pemasaran untuk menarik pelaku usaha mikro

Bank Syariah Indonesia dan Kolaborasi dengan pelaku UKM Halal

Dengan peran Bank Syariah Indonesia dalam berkolaborasi dengan pelaku UKM halal untuk mempercepat pertumbuhan sektor ekonomi menyoroti pentingnya kredit mikro dalam mendukung UKM.

Kunci utama adalah memastikan implementasi produk mikrosesuai dengan prinsip-prinsip keuangan syariah, sekaligus mengatasi tantangan dalam evaluasirisiko usaha dan pengembangan strategi pembiayaan. Kolaborasi yang erat antara Bank Syariah dan pelaku industri halal menjadi poin krusial dalam memastikan efektivitas dukungan keuangan untuk sektor mikro dan kecil, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *