Shock Culture Pertama Tinggal di Bitung

Setiap perpindahan tempat atau waktu pasti akan ada yang namanya Shock culture. Ya, itu wajar dan normal sih untuk pertama kali sebelum membiasakan diri dengan keadaan sekitar.  Pertama kali mendengar aku akan ditempatkan di Bitung, pertama shock banget lah. Ga pernah tinggal jauh dari orang tua, terus tiba-tiba penempatannya di Sulawesi Utara, yang notabene jauh banget dari pulau Jawa. Kalaupun mau balik, kudu mikirin harga tiket yang memang ga murah. Continue reading “Shock Culture Pertama Tinggal di Bitung”

Awal Kisahku Merantau Dimulai Dari Kota Bitung

Setelah selesai pelatihan dasar militer selama tiga bulan di Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, akhirnya aku mendapatkan penempatan tetap. Memang, selama setahun ini kami ditempatkan sementara di Jakarta untuk magang, dan setelahnya baru mendapatkan penempatan tetap. Pukul 10.00 kami sudah berkumpul di lapangan untuk dibacakan pengumuman. Satu persatu mulai disebutkan. Ada yang penempatan di Aceh, Batam, Ambon hingga Merauke. Aku sendiri mendapatkan penempatan di Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Continue reading “Awal Kisahku Merantau Dimulai Dari Kota Bitung”

Merasakan Makassar Yang Sesungguhnya

Hari itu, adalah hari kelima saya berada di Kota yang dulunya bernama Ujung Pandang ini. Dikarenakan jadwal yang cukup menyita waktu, ditambah tidak tahu harus menaiki kendaraan umum apa untuk mencapai lokasi pariwisatanya, jadilah saya mendekam disitu-situ aja, kalau enggak di Jalan Sam Ratulangi atau Jalan R.A Kartini.

Ditengah aktifitas yang sangat padat itulah, Akbar (indonesianholic.com) datang bak pahlawan di siang bolong. Berawal dari updatean iseng di path, Akbar yang baru pulang ke Makassar lantas mengajak ketemuan untuk sekedar ngopi-ngopi ala masa kini. Disela-sela kegiatan yang senggang, lalu saya mengajak Akbar untuk ketemu di sekitaran Jalan Sam Ratulangi, dan beruntungnya dia juga tak jauh dari tempat saya yaitu di sekitaran Mal Ratu Indah, masih satu jalan lah.

Berawal dari obrolan ringan lalu berakhir dengan kunjungan dadakan ke pantai yang sangat terkenal di Makassar. Yup, Pantai Losari namanya. “Finally! akhirnya bisa merasakan makassar yang sesungguhnyaucap saya dengan nada yang sangat kegirangan. Banyak anggapan belum ke makassar kalau belum foto atau mengunjungi pantai losari. Walau hujan rintik kecil menerpa sepanjang perjalanan, laju motor pun terus berjalan hingga saya pun tak sadar sudah tiba saja di lokasi, mungkin karena jarak dari Jalan Sam Ratulangi ke Pantai Losari tidak terlampau jauh.

Dikarenakan baru habis hujan, suasana di sekitaran pantai losari sedikit basah dan licin bagai batu akik di habis disemir. Pantai Losari ini emang beda dari pantai lainnya, ga ada yang namanya pasir putih yang terpampang lebar bak pantai dibali sana, tapi lebih dari itu, pantai ini hanyalah berupa reklamasi. walau begitu, menikmati sunset dari pantai reklamasi tersebut sangatlah indah. bayangkan saja, matahari turun persis di depan tulisan pantai losari itu. Selain Tulisan Pantai Losari dan City Of Makassar, di sisi lainnya terpampang suku-suku yang ada di Makassar, yaitu Makassar, Bugis, Toraja.

Sudah puas menikmati sekitar Pantai Losari, lalu Akbar mengajak saya untuk sekedar cemal cemil di sekitaran pantai losari. Yup, Akbar mengajak saya untuk menikmati makanan khas Makassar yaitu Pisang Epe. Apatuh pisang epe? yaitu sejenis pisang gepok yang digepengkan lalu dibakar dan diberi rasa sesuai selera kita. Waktu itu saya memesan rasa coklat, dan beruntungnya diberikan rasa coklat milo, duh enaknya kebangetan, dan lebih enak lagi dibayarin, duh makasih Akbar 🙂

Lepas dari Pisang Epe, rencananya saya ingin berkeliling sekitaran kota Makassar. Tujuan utama sih ke pelabuhan atau sekitaran Benteng Fort Rotterdam, eh begitu ditengah jalan handphone saya pun berbunyi tak biasanya. Dan benar saja, tak lama saya pun diharuskan pulang untuk menyelesaikan pekerjaan tambahan. Yah, itulah sekelumit kisah 2 jam perjalanan yang sangat berarti, pasalnya saya akhirnya bisa merasakan makassar yang sesungguhnya! jika ada waktu mungkin saya akan mengunjungi lebih lama di Makassar dan Sekitarnya, terima kasih juga Akbar yang sudah mengajak berkeliling Makassar walau hanya sekitar dua jam saja.