Setiap melihat postingan dari sebuah group yang bergerak untuk pembersihan pantai, rasanya ingin ikut bergerak untuk membersihkan sampah yang menggunung di pesisir pantai maupun perairan laut yang dangkat. Jujur, gregetan banget sama masyarakat yang iba dan acuh terhadap bahayanya sampah. Apalagi sampah yang berada di perairan dangkat. Tidak hanya mengganggu ekosistem di laut, juga bisa membuat penyakit di kemudian hari.
Tugas kita sebagai pemuda adalah memberdayakan masyarakat dan mengajaknya agar ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah di pesisir pantai. Karena soal sampah ini bukan hanya tugas pemerintah tetapi seluruh lapisan masyarakat harus ikut campur di dalamnya, karena menyangkut lingkungan dan ekosistem alam.
Sama halnya yang dilakukan oleh seorang pemuda kelahiran Makassar bernama Idham Aulia yang berasal dari alumni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) di bidang Teknologi Kelautan. Di umurnya yang masih muda yaitu 22 tahun, sudah menciptakan teknologi yaitu Kapal Pembersih Sampah.
Atas pemikirannya itu, dia memberikan perhatian lebih pada wilayah perairan Indonesia yang kondisinya cukup memprihatinkan dengan sampah-sampah hasil kehidupan manusia. Memang, saat ini Indonesia sudah memiliki beberapa kapal yang digunakan untuk mengangkut sampah. Tapi hanya untuk mengangkut saja, bukan mengambil langsung. Belum lagi, ukuran yang besar dan tidak dapat memasuki perairan dangkal seperti Teluk Jakarta.
Pikiran tentang sampah di wilayah perairan dangkal Indonesia ini akhirnya membawa Idham bersama beberapa rekan kuliahnya dalam upaya perwujudan solusi. Mereka memutar otak, berdiskusi, dan mendesain sebuah kapal yang mampu mengatasi permasalahan sampah di perairan dangkal. Tidak hanya mengangkut, namun juga mengambil langsung sampah-sampah yang bertebaran. Mereka menciptakan sebuah kapal pembersih sampah yang disebut “The Ganers.”
Biaya untuk memproduksi satu unit “The Ganers” memang cukup mahal, sekitar Rp. 800 juta. Tetapi bila mempertimbangkan aspek luas lain seperti efektifitas serta efisiensi kerja, harusnya biaya tersebut memang masuk akal dan layak dipertimbangkan.
Hingga sekarang, karya teknologi yang bermanfaat dari para mahasiswa ITS ini masih terus diperkenalkan dengan harapan suatu hari dapat diproduksi dan bermanfaat banyak bagi wilayah perairan Indonesia.
Butuh waktu yang cukup lama untuk menerangkan detail dari kapal ini. karya ini menang dalam Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2014 karena dianggap memecahkan solusi yang dialami banyak daerah di Indonesia yaitu sampah di perairan. Sebagai contoh di Ibukota Jakarta, yang paling banyak mempunyai masalah dengan sampah di perairan dan sekitaran pantai.
Menurut Idham, selama ini memang belum mempunyai kapal yang bisa dimanfaatkan secara langasung untung menganggkut sampah di lautan dangkal. Sebenarnya ada dari Pelindo yang mempunya kapal khsus pengangkut sampah. Tetapi fungsinya hanya untuk mengangkut saja, bukan mengambil langsung.
The Ganers nantinya dapat memberikan banyak manfaat yang luas untuk masyarakat terutama persoalan efisiensi.
Dari studi yang dilakukannya, sejauh ini, pengambilan sampah di laut memakai banyak tenaga pekerja. Belum lagi alat-alat berat yang harga dan biaya operasionalnya juga mahal. Sementara The Ganers, hanya memerlukan dua orang pekerja saja.
Biaya yang dikeluarkan untuk membuat kapal pembersih laut ini membutuhkan dana sekitar Rp 800 juta. Tetapi, biaya yang besar tadi akan sebanding dengan apa yang dapat dilakukan untuk lingkungan dan masyarakat pesisir untuk keberlangsungan lingkungan yang nyaman dan asri.
Atas karyanya dalam bentuk teknologi yang menjadikan solusi atas permasalahan sampah di laut dangkal yang menjadikan Idham Aulia sebagai salah satu penerima apresiasi pada Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2014. Selamat untuk Idham Aulia. Semoga kerja kerasnya dapat bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya di pesisir pantai dalam menanggulangi sampai di laut dangkal.