Butuh Property? Datang aja ke Property Expo

Bicara property memang tidak melulu soal investasi. Karena tak bisa dipungkiri, banyak juga yang membutuhkan property untuk tempat tinggal. Apalagi di tahun 2019 ini trendnya semakin positif. Terutama pada sektor residensial, karena diperkirakan akan meningkat pada 2019.

Semakin meningkatnya kebutuhan property didukung juga dengan semakin banyaknya usia pernikahan yang membutuhkan rumah baru. Apalagi usia saya ini sudah banyak yang mempersiapkan kebutuhan berutamtangga seperti mempunyai rumah sendiri, walau tinggal di rumah mertua sebenarnya tidak seburuk yang dibayangkan, tapi alangkah baiknya mempunyai rumah sendiri.

Sebenarnya sih udah dua tahun ini saya rajin berkunjung ke property expo. Alasannya satu, untuk mencari property baik itu rumah atau apartement yang sesuai budget dan tidak jauh dari tempat kerja. Karena cost sangat diperhitungkan, saya jadi amat selektif dalam memilah yang namanya property. Karena nantinya property ini bukan untuk investasi, melainkan untuk ditinggali jikalau saya sudah menikah nanti. Walau tidak dipungkiri, investasi di bidang property patut amat diperhitungkan.

Memang tidak secepat investasi di bidang saham misalnya, property ini relative lama tapi trendnya terus meningkat setiap tahun. Bisa dibilang pelan tapi pasti. Itulah property. Walaupun turun, tapi resikonya tidak sebesar saham.

Kembali membahas property expo kemarin, ada apa aja sih? Nah ga cuman tentang property misal rumah, apartement, pergudangan, atau ruko. Di sana juga ada workshop tentang mengelola rumah gitu. Lumayan membantu banget bagi saya yang akan memiliki rumah nantinya nih.

Merawat rumah itu gampang-gampang susah sih. Ya, pada intinya harus rajin-rajin bersihin dan memeriksa kebutuhan rumah. Termasuk kerusakan-kerusakan kecil, misal bocor, apabila tidak diatasi segera akan berdampak besar nantinya. Karena di balik rumah yang bersih dan terawat, ada seorang penghuni yang rajin merawatnya.

Ga hanya seputar membahas rumah, saya juga sempat berkeliling-keliling di area property expo. Fokus saya memang rumah di wilayah Tangerang. Kenapa Tangerang? Karena Tangerang itu tidak terlalu padat seperti kabupaten Bogor dan banyak kota mandiri yang berdiri di sana. Semisal BSD City, Gading Serpong, atau Alam Sutera. Untuk kebutuhan sandang dan pangan tidak diragukan lagi.

Jadi ga perlu yang namanya keluar dari kota Tangerang atau kota Tagerang selatan, karena di Tangerang pun membeli kebutuhan, atau fasilitas misal kesehatan, olahraga banyak tersebar.

Memang, untuk mendapatkan rumah yang murah dan letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota Tangerang agak sulit. Banyak perumahan justru berdiri di kabupaten Tangerang misalnya Tigaraksa, Maja yang lokasinya memang jauh dan masih sepi penghuni Sdibanding wilayah Serpong dan Bintaro.

Untuk kebutuhan tadi, balik lagi ke individu masing-masing sih. Kalau saya memilih untuk kebutuhan tempat tinggal pertama, sebagai modal juga jika nanti sudah menikah jadi ga perlu pusing mikirin tempat tinggal dan pastinya tidak tinggal di indahnya rumah mertua. Kalau rumah utama sudah didapat, barulah saya berani untuk berinvestasi rumah.

Investasi rumah bisa dibilang merupakan passive income atau pendapatan pasif. Passive income adalah penghasilan yang akan Anda peroleh tanpa perlu terlibat secara aktif . Sama halnya seperti sewa kostan atu kontrakan yang merupakan passive income.

Nah, jadi kalian membutuhkan property untuk Kebutuhannya untuk tempat tinggal atau sekedar untuk investasi semata? Jika kebutuhan untuk tempat tinggal pastikan cost transportasi dari rumah ke kantor. Jika itu investasi, pastikan lokasinya menguntungkan, dan berdiri berbagai fasilitas kesehatan, pendidikan, olahraga dan lainnya.

Sudah siap membeli property tahun 2019 ini?

Belajar Ilmu Wakaf, Ibadah Mulia Manfaatnya Dunia Hingga Akhirat

Menuntut ilmu itu memang wajib, apalagi ilmu agama. Adapun hukum menuntut ilmu adalah Fardlu ‘ain dan Fardlu kifayah. Menuntut ilmu hukumnya menjadi fardlu ‘ain atau wajib dilakukan oleh setiap muslim, terutama jika hal tersebut diperlukan agar umat muslim dapat menjalankan ibadah kepada Allah SWT.

Pada mulanya hukum menuntut ilmu adalah fardlu kifayah. Namun jika sudah ada sebagian orang yang mengerjakan atau menuntut ilmu tersebut maka bagi yang lain hukumnya sunnah.

Berbicara soal mencari ilmu, Alhamdulillah nih saya dan teman-teman blogger diberikan kesempatan untuk belajar ilmu agama tentang wakaf. Pembicaranya adalah Bapak Ah. Azharuddin Lathif. Seorang Dosen Hukum Bisnis Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara bertempat di Prudential Tower, Sudirman, Jakarta.

Sebelum membahas wakaf, Beliau terlebih dahulu memperkenalkan 4 Pilar Filantropi Islam, yaitu Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf. Pertama yaitu zakat. Arti dari zakat adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya). Zakat sendiri banyak macamnya, salah satunya adalah zakat fitrah yang wajib dilakukan pada hari-hari terakhir di bulan puasa.

sumber vira

Arti Infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan untuk satu kepentingan yang diperintahkan ajaran islam.  Shodaqoh sendiri artinya pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Bisa disebut juga hadiah yang tidak tertentu nilainya, namun ikhlas diberikan.

Lalu apa itu wakaf? ada dua pengertian sebenarnya mengenai wakaf. Pengertian pertama menurut Ulama Hanafiyah adalah Menahan benda yang statusnya tetap milik si Wakif (orang yang mewakafkan) dan yang disedekahkan adalah manfaatnya saja.

Sedangkan menurut ulama Ulama Syafi’iyyah, wakaf adalah Menahan harta yang dapat diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya barang, dan barang itu lepas dari penguasaan si wakif serta dimanfaatkan pada sesuatu yang diperbolehkan oleh agama.

Untuk jenisnya, wakaf dibagi menjadi dua. Wakaf Agli dan Wakaf Khairi. Kalau Wakaf Ahli adalah wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seorang atau lebih, baik keluaga si Wakif atau bukan. Wakaf seperti ini juga disebut wakaf Dzurri.

Untuk wakaf Khairi adalah yang secara tegas untuk kepentingan agama (keagamaan) atau kamasyarakatan. Seperti wakaf yang diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim.

tanah wakaf sumber : link

Perihal benda yang diwakafkan pun ada dua macam. Pertama, benda bergerak dan benda tidak bergerak. Sebagai contoh benda bergerak yaitu kamera dslr yang diwakafkan untuk kepentingan syiar agama. Adapun contoh benda tidak bergerak adalah tanah.

Nah, selain membahas tentang wakaf, saya juga tertarik perihal asuransi syariah. Saat ini ada dua tipe asuransi, yaitu asuransi konvensional dan asuransi syariah. Walau sama-sama memproteksi nasabahnya, tapi dalam akad dan konsepnya jelas berbeda.

Menurut hukum islam, sesuatu hal yang bersifat gharar atau ketidakjelasan memang dilarang. Sebagai contoh dari gharar adalah menjual tumbuh-tumbuhan yang buahnya ada di dalam tanah. Karena belum jelas juga berbuahnya seperti apa, atau bisa jadi tidak berbuah. Ketidakjelasan ini juga yang membuat banyak ulama meragukan “kehalalan” dari asuransi konvensional.

Oleh sebab itulah, hadir asuransi syariah sebagai solusi bagi umat muslim yang ingin tetap terproteksi oleh asuransi tapi tetap tidak bertentangan dengan ajaran agama. Perbedaan paling mendasar tentang asuransi konvensional dan syariah adalah perihal akadnya.

Pada asuransi konvensional, dikenal Akad Pertukaran (Mu’awadhah/tabadduli) sedangkan pada asuransi syariah dikenal dengan akad tabarru’ (hibah) dan Akad Tijarry (Mudharabah, Musyarakah, Wakalah bil ujrah, Mudharabah Musytarakah dll).

Sedangkan perihal Kepemilikan dana, pada asuransi konvensional kepemilikan dana berasal dari premi peserta menjadi milik perusahaan. Sedangkan pada asuransi konvensional Dana “milik bersama “peserta, Perusahaan hanya memegang amanah mengelola dana. Perbedaan lain yaitu terhadap faktor resiko Asuransi syariah menggunakan sistem sharing of risk. Pada asuransi konvensional yang dilakukan adalah transfer of risk. 

Nah, itu adalah penjelasan mengenai wakaf dan asuransi syariah. Mengenai ibadah wakaf, memang banyak manfaatnya, baik itu di dunia maupun di akhirat kelak. Semenjak hadirnya asuransi syariah, jujur saya menjadi tenang untuk berasuransi. Karena tidak bertentangan dengan hukum agama yaitu gharar atau ketidakjelasan. Sedia payung sebelum hujan, berasuransi aman dan tenang dengan asuransi syariah.

Melalui Buku Toponim, Belajar Sejarah Kota-Kota Pantai di Sulawesi

Belajar sejarah itu banyak manfaatnya. Tapi entah mengapa, banyak orang menganggap belajar sejarah adalah hal yang membuat ngantuk dan membosankan. Padahal, Bung Karno dalam pidatonya pernah berkata Jasmerah yang artinya jangan sekali-kali melupakan sejarah. Karena dengan belajar sejarah, jadi banyak hal yang kita ketahui dan pastinya menambah wawasan.

Apalagi sebagai Blogger, perlu yang namanya membaca dan belajar sejarah agar menambah wawasan dan pastinya bisa jadi bahan tulisan. Berbicara soal buku, pasti ga asing dengan Balai Pustaka. Sebuah percetakan tertua di Indonesia yang masih eksis hingga kini. Beruntungnya, beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk berkunjung ke sini.

Balai Pustaka sendiri merupakan salah satu perusahaan BUMN. Dulunya, Balai Pustaka bernama Commissie voor de Inlansche School en Volkslectuur.  Didirikan pada 14 September 1908. Lini bisnisnya memang fokus pada penerbit buku. Banyak buku terkenal dicetak di sini. Ya, salah satunya buku siti nurbaya. Selain itu ada satu buku yang mengundang perhatian saya yaitu majalah Parahiangan. Sebuah majalah berbahasa sunda yang sangat langka. Dicetak sejak tahun 1920. Banyak juga buku berbahasa Belanda, hingga aksara Jawa.

Seiring berkembangnya zaman, kini Balai Pustaka mulai membuka diri dengan perkembangan dunia digital. Ya, salah satunya dengan mengubah manajemen yang lebih milenial alias tidak kaku. Berbagai inovasi dilakukan agar Balai Pustaka bisa bangkit dan mengikuti laju zaman yang terus maju.

Selain berkunjung dan diperkenalkan seisi ruangan di Balai Pustaka, saya dan kawan blogger juga diperkenalkan dengan sebuah buku yang baru saja diluncurkan oleh Balai Pustaka. Sebenarnya re-make dari buku lama. Judulnya pun masih sama yaitu Asal-usul nama kota pantai di Sulawesi. Dibuat ulang oleh tim @kamadig_nusantara.

Kami juga diperlihatkan buku aslinya yang 90% adalah tulisan, dan hanya 10% gambar. Re-make buku ini memang lebih menarik karena didukung dengan 35% gambar dan sisanya adalah tulisan. Bukunya sendiri dikhususkan untuk anak-anak usia sekolah dasar dan PAUD. Sempat juga membaca bukunya hingga selesai dan saya sangat suka dengan pembahasannya yang menarik, singkat dan jelas. Didukung dengan gambar yang menarik.

Belajar toponim atau sejarah nama sebuah wilayah atau kota memang menyenangkan. Karena semua nama wilayah atau kota pasti ada sejarahnya. Bagaimana Makassar sempat berganti nama dahulunya Ujung Pandang dan kembali lagi menjadi Makassar. Banyak dari kota-kota di Sulawesi yang diambil dari tumbuhan sekitar. Contohya adalah Bitung. Bitung diambil dari nama sebuah pohon yang banyak tumbuh di selatan kota Manado ini. Selain itu ada kota Anggrek di dekat Gorontalo. Anggrek yang banyak tumbuh diantara batang pohon bakau di utara sulawesi.

Hal yang menarik adalah ketika saya tahu benteng terbesar di dunia ada di Sulawesi. Tepatnya di Buton. Dulunya memang sebuah kerajaan. Keberadaan benteng tersebut untuk melindungi kediaman kerajaan, juga melindungi kediaman rakyatnya dari serangan musuh. Maka dari itu, bentengnya sangat besar dan menjadi terbesar di dunia. Kata buton juga sebenarnya berawal dari nama sebuah pohon buton.

Selain itu ada juga kota kelahiran dari presiden Indonesia ke-3 yaitu B.J. Habibie. Kota tersebut adalah parepare. Dulunya,  Parepare merupakan kota yang penting di selat Makassar. Karena menjadi jalur menuju pusat rempah-rempah yaitu Maluku.

Satu kota yang menarik perhatian saya yaitu Kema. Diambil dari nama kerang, tiram atau keong yang hidup dibalik karang. Kema sendiri letaknya tidak berjauhan dari Bitung, dan menjadi salah satu sentra pelabuhan di Sulawesi Utara.

Nah, itulah sekilah buku toponim tentang sejarah asal-usul kota pantai di Sulawesi. Tidak ada asap kalau tidak ada api. Begitupun dengan asal-usul nama daerah yang sekarang menjadi kota pelabuhan penting di berbagai daerah di pulau Sulawesi. Buku yang sangat recomended dibaca! apalagi untuk anak-anak sekolah dasar dan PAUD.

Cerdas Gunakan Uang, Bahagia di Masa Depan

“Dua tahun kerja kamu udah dapet apa di sini?” tanya atasan saya ketika hari terakhir kerja

“Saya bisa beli handphone pak” jawab saya dengan lugunya.

Banyak hal ga penting saya beli selama dua tahun kerja, sampai saya lupa betapa pentingnya menabung. Tiga bulan sebelum resign, saya sempat membuka tabungan untuk tempat menabung. Namun sial, uangnya saya pakai untuk membeli handphone. Lantas, setelah resign saya ga punya simpanan apa-apa selain uang dari bonus dua setengah gaji.

Setelah menganggur selama tiga bulan, saya dapat kerjaan baru dengan gaji yang sepadan. Saya udah was-was nih takut kejadian lagi seperti di tempat kerja sebelumnya, bagaimana uang saya seperti tidak berbekas alias lenyap begitu aja. Pada akhirnya saya harus cerdas menggunakan uang gaji yang keluarnya setiap tanggal 25 itu. Berikut adalah beberapa langkah cerdas gunakan uang.

sumber foto hitsbanget.com

Catat Semua Pengeluaran Perbulan

Saya mengikuti saran teman untuk catat semua pengeluaran harian selama satu bulan. Beruntung, ada aplikasi mencatat pengeluaran yang saya download di playstore. Setelah hitung-hitung, akhirnya saya bisa menentukan kisaran biaya yang diperlukan untuk transport, makan, dan biaya lainnya.

Selanjutnya, Saya menggunakan cara tradisional ala emak-emak yaitu amplop. Itu berguna lho. Jadi saya bisa memisahkan uang yang akan digunakan untuk makan, transport, biaya jalan-jalan, atau belanja bulanan. Habis itu saya juga transfer uang tabungan ke rekening lainnya dan juga menunaikan shodaqoh bulanan ke lembaga zakat.

Beberapa jam setelah memisahkan uang tadi, saya merasa seperti boke. Gimana ga keliatan boke, begitu liat rekening kok kayak habis, tapi yang pasti kebutuhan bulanan termasuk tabungan tercukupi. Dan saya juga tetap mencatat pengeluaran harian selama sebulan. Pencatatan ini perlu untuk memantau arus kas keluar setiap harinya.

Gunakan target harian pengeluaran

Target pengeluaran itu perlu biar ga kebablasan menggunakan uang. Biasanya saya targetin dalam sehari makan 50.000. itu termasuk makan siang dan sore plus buah. Kalaupun ada sisa, biasanya saya tabung.

Ga cuman hari kerja, target pengeluaran juga perlu untuk hari sabtu dan minggu. Karena jujur, pengeluaran terbesar itu terjadi di hari libur. Bagaimana saya biasanya hangout bersama teman, nongkrong di kafe, belanja di mal, nonton film, atau traveling ke luar kota.

Gampang-gampang susah sih menentukan pengeluaran di hari libur, karena sifatnya yang tidak tetap alias ga selalu keluar rumah juga. Tapi biasanya saya batasin maksimal 200.000 pengeluaran sehari, lewat dari itu mending balik ke rumah, hehe.

Menggunakan teori 60 dan 40 Persen

Saya menggunakan teori 60 dan 40 persen. Jadi, 60 persen adalah uang yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari sedangkan 40 persen lagi adalah dana simpanan (tabungan, dana darurat, deposito atau investasi).

Sebagai contoh, jika gaji sebesar dua juta perbulan, itu artinya 60 persen dari dua juta yaitu 1200.000 adalah dana yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Dari 60 persen ini dibagi untuk kebutuhan makan, transport, dan lainnya. Sedangkan 40 persen yaitu 800.000 digunakan untuk dana simpanan dan dana darurat, syukur-syukur bisa investasi dan deposito.

Inget, dana darurat itu perlu banget. Kita ga tau apa yang bakal terjadi hari besok, dua hari kemudian atau sebulan lagi. Dana darurat ini bisa dipakai untuk keperluan yang mendesak, misal kalau tiba-tiba terkena musibah dan butuh dana secepatnya. Kalau bukan dari dana darurat lalu dari mana?

Ubah Gaya Hidup

Salah satu alasan kenapa orang gagal dalam mengelola pengeluaran karena gaya hidup yang tinggi. Tapi kalau pakai prinsip pengusaha, semakin tinggi biaya hidup, pendapatan juga harus lebih tinggi, bukan? Tapi bagaimana bagi karyawan yang belum punya usaha seperti saya ini? ya menyesuaikan sesuai gaji.

Pada intinya, jangan malu terlihat sederhana, malu lah kalau sok kaya tapi uang ga ada. Saya memilih makan siang di warteg ketimbang di restoran mahal. Boleh sih makan di sana tapi maksimal sebulan dua kali. Ataupun ngumpul sama temen-temen di kafe, biasanya saya hanya beli minumnya aja, sisanya makan di luar. Makan di kafe mahal gile, uangnya bisa dipake makan seharian di warteg.

Saya memilih untuk tidak menggunakan kartu kredit jenis apapun demi kepentingan diri sendiri juga. Dan walaupun hasrat membeli barang itu sangat tinggi, saya masih bisa tahan. Saya ingat filosopi sumpah palapa-nya gajah mada, bagaimana saya ga mau bersenang-senang, sebelum mandiri dari segi finansial.

Jangan lupa Investasi

Saya tertarik pada penjelasan Mas Aulia Akbar pada sebuah acara financial class MoneySmart.id pada 15 Desember lalu di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Beragam investasi bisa kita gunakan. Salah satu yang paling aman adalah reksadana. Tapi ya gitu, dapetnya juga kecil. maksimal 5 persen lho setahun.

Seperti pohon yang semakin tinggi semakin kencang angin yang menerjang. Itu juga berlaku pada investasi. Bagaimana semakin tinggi yang didapatkan, semakin tinggi juga resikonya. Salah satunya adalah investasi Saham. Jadi, Mas Aulia Akbar ini baru aja rugi dari investasi Saham. Tapi ya itu udah bagian dari resiko. Bisa untung, bisa juga buntung alias minus.

Selain reksadana dan saham, ada juga emas. Menarik sih  karena ada juga tabungan emas seperti di Pegadaian. Mas Aulia Akbar menyarankan untuk membeli emas batangan, karena kalau emas perhiasan akan turun harganya entah itu karena retak, atau cacat pada perhiasannya. Selain Emas, ada juga investasi berupa surat hutang negara. Jadi negara yang berhutang ke kita dan pastinya terjamin.

Cerdas mengelola keuangan itu perlu, biar kita bisa mandiri secara finansial. Semua kebutuhan harian tercukupi, begitu juga kebutuhan tersier maupun investasi yang penting untuk masa depan. Ingat, keputusan hari ini akan membawa pengaruh di masa depan.

Oh iya, bagi kalian yang punya pengalaman dalam hal mengelola keuangan, bisa ikutan dalam lomba blog MoneySmart2018 #CerdasDenganUangmu. Syarat dan ketentuannya bisa dilihat pada link berikut [link]

Dengan Kartu Indonesia Pintar, Kini Semua Bisa Bersekolah

Bangsa yang maju dilihat dari kualitas pendidikannya. Karena pendidikan menjadi acuan bagi kemajuan suatu bangsa. Lihatlah bangsa-bangsa yang besar dan maju, pasti pendidikannya juga maju. Dalam UUD 1945 jelas tertera bahwa 20% dari APBN harus digunakan bagi pendidikan.

Untuk itu, demi mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera dengan pendidikan sebagai acuannya, Pemerintah sangat serius dalam mewujudkan pendidikan bagi semua kalangan, termasuk bagi mereka yang tidak mampu dalam segi biaya. Kini, tidak ada lagi yang namanya putus sekolah. Semua bisa bersekolah hingga sekolah menengah atas secara gratis.

Dalam hal ini, pemerintah mengeluarkan sebuah program yaitu PIP (Program Indonesia Pintar). Kehadiran Program Indonesia Pintar (PIP) ini merupakan sebuah program yang dikerjakan oleh tiga kementerian yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Sosial (Kemensos), dan Kementerian Agama (Kemenag) untuk membantu biaya pendidikan bagi anak-anak sekolah yang kurang mampu agar tetap bisa terus melanjutkan sekolahnya.

Program Indonesia Pintar (PIP) adalah pemberian bantuan tunai pendidikan kepada anak usia sekolah yaitu SD, SMP, SMA dan SMK (usia 6 – 21 tahun) yang berasal dari keluarga miskin, rentan miskin: pemilik Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), peserta Program Keluarga Harapan (PKH), yatim piatu, penyandang disabilitas, korban bencana alam/musibah. Dan PIP ini merupakan bagian dari penyempurnaan program Bantuan Siswa Miskin (BSM).

Jadi yang menjadi sasaran utama untuk bisa merasakan program PIP adalah Peserta didik pemegang KIP, Peserta didik dari keluarga miskin dan rentan miskin dengan pertimbangan khusus, Peserta didik SMK yang menempuh studi keahlian kelompok bidang: Pertanian, Perikanan, Peternakan, Kehutanan, Pelayaran, dan Kemaritiman.

Dimana dana yang didapat dari Program Indonesia Pintar ini adalah harus digunakan untuk biaya personal pendidikan bagi siswa-siswi tesebut, yang terdiri dari untuk memenuhi kebutuhan:

  • Membeli buku dan alat tulis,
  • Membeli pakaian seragam sekolah/praktik dan perlengkapan sekolah (sepatu, tas, atau sejenisnya),
  • Membiayai transportasi peserta didik ke sekolah,
  • Uang saku peserta didik,
  • Biaya kursus/les tambahan bagi peserta didik pendidikan formal,
  • Biaya praktik tambahan dan biaya magang/penempatan kerja.

Maka dengan adanya bantuan seperti program ini diharapkan bisa membantu anak-anak usia sekolah dari keluarga miskin, rentan miskin dengan prioritas tetap mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat pendidikan menengah, baik melalui jalur pendidikan formal (mulai SD/MI hingga anak Lulus SMA/SMK/MA) maupun pendidikan non formal (Paket A hingga Paket C serta kursus terstandar).

Jadi, melalui program ini pemerintah berupaya mencegah anak-anak dari kemungkinan putus sekolah, dan diharapkan dapat menarik siswa putus sekolah agar kembali melanjutkan pendidikannya. Sehingga dengan begitu anak-anak kurang mampu tidak ada alasan lagi untuk tidak bersekolah karena biaya pendidikan sudah dibantu oleh pemerintah.

Bagaimana cara mendapatkannya fasilitas dari KIP tersebut?

Untuk mendapatkannya, ada beberapa hal yang harus dilakukan :

  • Siswa dapat mendaftar dengan membawa Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) orang tuanya ke lembaga pendidikan terdekat.
  • Jika siswa tersebut tidak memiliki KKS, orang tuanya dapat meminta Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari RT/RW dan Kelurahan/Desa terlebih dahulu agar dapat melengkapi syarat pendaftaran.

Selanjutnya, untuk bisa menggunakan KIP ini, maka si penerima KIP harus terdaftar sebagai peserta didik di lembaga pendidikan formal (SD/SMP/SMA/SMK) ataupun non formal (PKBM/SKB/LKP) dan yang pasti KIP tersebut harus terdaftar di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) lembaga pendidikan.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa penerima dana PIP ini adalah anak usia sekolah dari tingkatan SD sampai dengan SMA untuk memenuhi kebutuhan personal para siswa. Namun jumlah dana yang akan diterima oleh peserta PIP untuk setiap tingkatan atau jenjang sekolah ini tentu saja berbeda-beda, dengan rincian sebagai berikut:

  1. Peserta didik SD/MI/Paket A mendapatkan Rp450.000,-/tahun;
  2. Peserta didik SMP/MTs/Paket B mendapatkan Rp750.000,-/tahun;
  3. Peserta didik SMA/SMK/MA/Paket C mendapatkan Rp1.000.000,-/tahun.

Diharapkan dengan adanya dana bantuan sejumlah tersebut, anak-anak dari keluarga kurang mampu bisa menggunakannya dengan baik dan benar-benar digunakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya bukan untuk keperluan yang lain.

Dan untuk bisa tetap mendapatkan dana bantuan dari PIP ini maka para siswa ini harus mengerti bahwa bantuan ini demi kebaikan mereka sendiri, makanya peserta didik penerima dana PIP ini wajib untuk menyimpan dan menjaga Kartu Indonesia Pintar (KIP) miliknya dengan baik karena Kartu menjadi tanggung jawab pemilik.

Namun  jika KIP hilang atau rusak, maka pemilik kartu harus segera menghubungi kontak pengaduan PIP terdekat untuk mengurusnya, dan untuk penggantian kartu KIP baru, maka pemilik wajib memberitahukan nomor KIP dan menyertakan identitas diri.

Selain itu, sangat penting dipahami oleh peserta dana PIP yaitu harus memanfaatkan dana yang diterimanya untuk keperluan yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan untuk sekolah, jangan sampai menggunaakan dana tersebut untuk keperluan lain yang tidak jelas.

Dan peserta penerima dana bantuan PIP tentu saja harus terus semangat dan rajin belajar di sekolah agar semakin pintar dan kelak bisa menjadi generasi muda yang berguna bagi nusa dan bangsa, seperti Lena

Siswi SMAN 1 Sampanahan Kotanaru, Banjarmasin ini bernama Lena. Ia terlahir dari keluarga transmigran di Desa Tebing Tinggi Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Dia salah satu penerima Program Indonesia Pintar (PIP)

Bagi Lena, PIP sangat membantu dirinya dalam memenuhi kebutuhan pendidikannya. Hal ini juga memotivasi Lena untuk giat belajar demi mewujudkan cita-citanya

Makanya, buat teman-teman yang juga menerima dana PIP, ayo terus semangat belajarnya, karena Alam yang merupakan siswa penerima Program Indonesia Pintar (PIP) ini sudah membuktikan bahwa bila kita bersungguh-sungguh belajar maka kita pun bisa meraih prestasi yang membanggakan.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menyalurkan dana Program Indonesia Pintar (PIP) pada tahun 2018 ini kepada sebanyak 16,8 juta siswa dan sudah bisa diambil di tabungan masing-masing.

Jika ingin mendapatkan informasi yang lebih jelas terkait Program Indonesia Pintar daan Kartu Indonesia Pintar ini maka bisa menghubungi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan kontak berikut ini:

Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) Direktorat Pembinaan SD:

  • Telepon: (021) 5725638, Fax. (021) 5725644
  • HP: 082298973998, 082298973995, 081316633646, 085604618473, 081219333995, 089507113912 dan 081310705645
  • E-mail    : pipsd@kemdikbud.go.id

Pengaduan tertulis disampaikan ke alamat:

Direktur Pembinaan Sekolah Dasar

  1. Kasubdit Peserta Didik

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar

Kompleks Kemdikbud, Gedung E Lantai 17

Jl. Jenderal Sudirman – Senayan, Jakarta Pusat 10270

 

sumber foto : link