Berbicara soal sakit saat traveling, saya jadi teringat ketika bulan Maret lalu pergi ke kota Gudeg Yogyakarta. Tiga hari sebelum berangkat saya jatuh sakit, bahkan hanya bisa terbaring di tempat tidur. Mungkin karena kelelahan ditambah minum air es akhirnya tepar juga. Dokter menyarankan untuk istirahat total dari Jumat-Minggu. Tepat hari terakhir yaitu Minggu, badan saya serasa lebih baik, bahkan sudah muncul keringat sampai membuat baju saya basah. Dengan pedenya saya pun siap menempuh perjalanan ke kota Jogja keesokan harinya.
Tepat pukul 05.00 pagi saya bangun dari lelapnya tidur, dan bersiap untuk mandi. Baru mengguyurkan badan dengan air tiba-tiba kepala saya keliyengan, badan lemas dan pandangan sedikit ngeblur. Akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dan duduk di sofa. Benar saja tak berapa lama saya seperti tidak sadarkan diri, pandangan hitam. Untuk menggerakan tangan saja tak mampu, bahkan untuk berkata apapun rasanya sulit.
Setelah merasa “siuman” saya mencoba merebahkan diri sejenak sembari meminum teh manis hangat. Setengah jam berlalu, akhirnya saya kuat untuk bangun dan mencoba untuk sarapan walau hanya beberapa sendok saja. Taksi yang saya pesan sudah datang di depan rumah, karena tak mau menunggu lama saya pun pamitan dengan orang tua walau beliau dengan berat hati mengizinkan saya untuk pergi.
“Ya Allah, semoga selama di jogja nanti bisa sembuh dan ga kenapa-kenapa, kalaupun sakit ataupun dirawat semoga di jakarta aja” dengan pasrahnya saya berdoa sebelum memulai perjalanan panjang.
Memang sih, ini bukan pertama kalinya saya berangkat sendirian naik pesawat, tapi dengan kondisi yang kurang fit, saya jadi kepikiran aja harus pakai kursi roda selama berada di bandara. Sempet bingung siapa yang bakal dorong dari belakang, hehe. Setelah check in saya pun hanya bisa duduk dan tiduran. bahkan ketika di dalam pesawat pun saya lebih banyak diam dan tidur, walau ada snack ringan yang lezat di depan mata.
Sesampainya di Bandara, bukannya langsung menuju ke tempat tujuan tapi saya lebih memilih mencari klinik untuk berobat. Duh susahnya nyari klinik di Jogja sampe ke pelosok pun ga ketemu entah karena saya yang ga tau jalan, sekalinya dapet Puskesmas udah tutup pendaftarannya. Alhasil saya memutuskan untuk berobat ke rumah sakit. disana ga hanya diperiksa, tapi juga diambil darahnya. Beruntung begitu diperiksa tidak terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan semisal dbd atau typus, hanya terjadi infeksi saja pada saluran pernapasan. Memang saat itu saya batuk parah, sampai tidak bisa menahannya.
Malam harinya, saya terkejut manakala teman-teman di Kota Jogja sudah berada di lobby hotel tempat saya menginap. Keberadaan mereka seakan menemani kesendirian saya di kota ini. Kami dipertemukan pada trip ke gunung anak krakatau dan sampai saat ini masih komunikasi baik. Sembari menyantap bubur, Kami berbincang-bincang tentang trip yang menyenangkan itu. Bertemu dengan teman-teman seakan melupakan sakit yang saya alami, sampai tiba akhirnya saya harus istirahat agar bisa beraktifitas kembali.
Di hari terakhir di kota Jogja, saya kebingungan menunggu penerbangan yang masih lama yaitu pukul setengah 7 malam bahkan hotel pun juga sudah harus check out. Akhirnya, saya memutuskan untuk berkunjung ke daerah bantul menemui teman saya yang tinggal disana.
Sesampainya di Bantul, kami melanjutkan ke Kalibiru, sebuat tempat yang sedang kekinian di Jogja. Agak ngeri juga belom sepenuhnya sembuh tapi sudah naik motor, tapi saya pun lagi-lagi memaksakan kehendak untuk sampai ke Kulon Progo. Begitu sampai, kami harus berjalan menanjak lumayan jauh dari lokasi parkiran. Baru melangkah tiga kali saja sudah merasa sangat cape. Bahkan ketika sampai pun saya benar-benar merasa sangat lelah dan hanya bisa tiduran di pendopo sebelum pintu masuk.
Setelah puas mengelilingi Kalibiru, kami pun harus segera pulang mengingat langit sudah mulai gelap banget. Benar saja, baru seperempat jalan sudah hujan sangat deras. Bahkan sampai bandara pun masih hujan. Biarpun sudah mengenakan jas hujan, tetap saja merembes sampe ke dalam jaket. Beruntung saya membawa banyak baju dan jaket, jadi sesampainya di bandara langsung mengganti baju dan jaket yang basah karena rembesan dari jas hujan.
Tiga hari setelah dari Jogja, saya merasa sudah lebih baik. Bahkan hari sabtunya saya sempat jalan-jalan ke Museum Layang-layang. Dua hari setelah tour Museum, kesehatan saya malah memburuk lagi. Badan panas tinggi, batuk tiada henti, lemas dan pusing. Saking ga kuatnya, saya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit untuk dicek dan periksa darah. hasilnya saya menderita Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) dan Diare Akut.
Dokter menyarankan kepada saya untuk menginap di rumah sakit karena khawatir akan semakin parah. Akhirnya saya pun pasrah harus menginap selama lima hari di rumah sakit. Mungkin ini puncak dari kesakitan yang sudah seminggu lebih saya derita. lepas dari rumah sakit saya pun merasa lebih baik walau harus kontrol seminggu sekali. Berkat ujian sakit ini seakan memberikan pelajaran berarti kepada saya bagaimana kesehatan memang hal paling penting dan mahal harganya mengalahkan hasrat dan niat yang tidak tertahankan.