Touring Tangerang – Carita

Carita terletak di barat pulau jawa dan berada di kabupaten pandeglang Waktu yang di tempuh dari Jakarta ke Anyer sekitar 2 jam-an kalau naik mobil via Tol Merak sementara saya dari Tangerang – Carita bisa menempuh lebih dari 5 jam. melalui jalan raya tangerang – cilegon lalu cilegon – carita. seringnya beristirahat di jalan serta sempat hujan menjadi alasan waktu temput yang lama. Sempat ada kejadian lucu ketika kami sedang ada di kota tangerang lalu si azhari yang naik motor dengan saya jalan duluan dan dhani pun terpisah dengan alief disana, kami saling tunggu-tungguan dijalan, azhari menunggu alief, alief menunggu dhani dan azhari dijalan disangkanya dhani dan azhari  masih ada di belakang padahal dhani dan azhari sudah lebih di depan dari pada dia, dhani kemudian menunggu azhari dan alief padahal azhari sendiri sudah ada di jalan raya serang. Azhari dan saya pun menunggu mereka berdua. Sempat lama juga tunggu-tungguan, untung ada hp sebagai alat komunikasi yang sangat handal.

Jalanan raya yang rusak menjadi faktor yang kedua kami agak lama sampai. apalagi di sekitar karakatau steel cilegon, lubangnya besar sekali sampai seperti kolam ikan di tambah dengan truk-truk tronton yang besar. Rencana kami ke Carita memang berniat mencari sebuah villa untuk liburan nanti sempat dua kali mencari villa akhirnya kita menemukan villa yang harganya miring lokasinya strategis.

Situasi Mendung di pantai depan vila

karena dekat dengan pantai dari carita pun tidak jauh dari pantai. pantainya pun sangat sepi tidak ada orang yang berenang disana karena memang waktu itu sedang hangat-hangatnya krakatau naik statusnya menjadi waspada. air lautnya pun tidak sejernih biasanya dan awan pun hitam kelat seperti akan terjadi badai ombaknya juga tinggi di beberapa wilayah. bisa dikatakan carita saat itu nyaris seperti kota mati tidak seperti weekend atau hari biasanya ramai. Setelah berlama-lama disana kamipun pulang kembali. Waktu temput dikala pulang ke Tangerang/Jakarta bisa dikatakan lebih lama dari berangkat, aneh memang padahal kita tidak berhenti sepanjang jalan memang ketika di cilegon kita mengambil jalan pintas, jalan baru yang belum di resmikan dan masih tertutup untuk mobil tentu tidak untuk motor. kami berangkat pulang sekitar jam setengah 3 sore dan saya baru sampai rumah sekitar 11 malam. Sungguh perjalanan yang melelahkan ditambah lagi besoknya harus masuk kuliah, kelas pagi pula benar-benar bikin bakan remuk namun ini pertama kalinya saya ikut touring naik motor banyak pengalaman selama touring singkat ini dan bukan tidak mungkin saya akan ikut touring berikutnya. 

Makrab yang seru tiba-tiba jadi horror

Peserta Makrab Himti

Mendengar kata makrab atau malam keakraban mungkin malam yang penuh dengan ke akraban antara senior dengan juniornya. Makrab sendiri di khususkan untuk mengenal junior dengan seniornya, tak kenal maka tak sayang kan. Makrabnya sendiri diadakan 3 hari di daerah puncak, entah puncak mananya. Saat itu kami memakai dua bus kampus, yang satu hanya untuk peserta dan yang satu untuk panitia.

Bus yang untuk peserta sangat tragis kondisinya, tak ada kipas angin disana, banjir keringat sekali ketika macet parah di Rel Bintaro, benar-benar lepek sekali badan saya ini. Situasi di bis sangat gelap, lampunya tak ada, benar-benar tragis itu bis. Hingga ketika tiba di Puncak, kami harus keluar dari bis karena ternyata bis itu tidak kuat menanjak. Saya sudah parnoan saja bus itu akan mundur lagi, asapnya ngebul banget mungkin saking ngedennya kali ya nanjak.

Duduk dibatu sekitar sungai

Tibalah kami di Villa tempat makrab itu, setibanya disana kami di tempatkan dikamar masing-masing. Saya satu kamar dengan Endang dan Azhari. Setelah itu berkumpul seluruh panitia dan peserta membicarakan sesuatu disana. lama sekali waktu itu acaranya sampai ngantuk, akhirnya setelah selesai kami diharuskan untuk tidur.

Esok Paginya kami lalu berolahraga di sekitar villa itu, lalu kami menuju keluar villa untuk mengunjungi sebuah mata air disana, perjalanannya sendiri lumayan jauh. sesampainya disana kami dihadapkan dengan sungai kecil yang cukup deras, karena perjalanan ke mata airnya sendiri cukup jauh jadi kami bermain di sekitar sungai itu saja. Tak ada jarak pemisah antara senior dan junior disana. kami bermain-main sungai disana, saling basah-basahan lalu selesai bermain sungai kami kembali lagi ke villa.

setelah makan dan sholat kami diajarkan buat game oleh senior kami, buatnya sendiri mudah ternyata walau begitu di buat susah juga ya. gamenya sangat simple, cocoklah untuk pemula.

Sesaat sebelum dimulainya games

Selesai dengan membuat game lalu kami bermain games seru di villa. dibagi menjadi 4 kelompok, biru, kuning, hijau, dan merah. saya masuk kedalam kelompok biru bareng sama teman satu ruangan saya, fadhli.  kami diharuskan untuk mencari sebuah barang yang sudah bergambar warna kelompok masing-masing.

barangnya sendiri susah sekali dapatnya, kami harus mencari ke pelosok-pelosok tanaman maupun kolam. sampai ada senior yang iseng ceburin seorang juniornya lalu beruntut dengan di ceburinnya semua peserta maupun panitia. semua basah kuyup dan dingin sekali airnya!, brrr menggigil saya saat itu.

Ternyata ada yang sempat mengumpat di toilet kamar saya, mereka beruntung sekali ya tidak basah-basahan. selesai dengan kami pun seperti biasa ada makan malam, sholat dan ada pertemuan dengan Himti senior yang sudah lulus. setelah itu kami disuruh melakukan drama ataupun kreasi lainnya, kelompok saya sendiri melakukan paduan suara.

Tibalah saatnya balik ke Jakarta

suasana cape bercampur seru begitu terasa di bus kami. tiba-tiba bus di depan kami mendadak berhenti dan menyuruh kami di bus itu untuk pindah ke bus satunya lagi. saya pun heran emang ada apa kok sampai harus pindah orang begini, begitu masuk betapa terkejutnya saya melihat teman makrab saya sedang kesurupan di dalam. suasana yang tadinya seru jadi horror.

saya pun membaca ayat-ayat suci disana dan lebih banyak diam. lalu kaka senior menyuruh kami untuk untuk berbica sesuatu disana, katanya sih penunggu kolam renang di villa itu marah lalu menghampiri cewe itu, horror banget ya ternyata vilanya.

setelah mengucapkan kata itu lalu perempuan itupun sadar, tadinya teman-teman saya akan berkunjung ke rumah saya pun tidak jadi, perjalanan pun menjadi jauh karena kami muter ke bintaro jaya. sesampainya disana kami diberitahu bahwa kami sudah salah sejak awal, tidak permisi kepada penunggu disana main masuk-masuk saja terlebih ada kejadian cebur mencebur itu.

Bumi Perkemahan Sukamantri

Ratalloz Pencinta Alam

Sukamantri adalah tempat wisata berkemah di daerah kabupaten bogor dan terletak di kaki gunung salak. letaknya tidak jauh dari kota bogor kira-kira 45menit dari stasiun kota bogor ke sukamantri via angkot (charteran).


Sedikit cerita, Kami berangkat dari stasiun Pasar Minggu dan pas sekali dengan jam pulang kantor. Kami harus menunggu satu jam di stasiun itu, harga tiket yang murah membuat kami naik kereta ekonomi yang tak ada acnya itu. berkali-kali lewat kereta listrik namun tak datang itu kereta ekonominya. sampai pada akhirnya datang, jreeeng penuhnya luar biasa.

Saya naik paling terakhir, sempat juga tak kebagian tempat, saya nyaris sekali tidak bisa masuk saat itu, beruntung orang-orang yang di pintu masuk kedalam dan saya bisa bergelantungan di pintu. Entah mengapa tiba-tiba saya tertarik kedalam dan saya sudah di tengah gerbong kereta, saya sendiri tidak bisa bergerak sama sekali, badan sata tertahan oleh banyaknya manusia di dalam sana.

saya hanya bisa kasian sama ibu-ibu atau mbak-mbak disana, bukan tidak mungkin terjadi pelecehan seksual disana. Suara atap bergemuruh, ternyata ada yang naik juga di atap kereta itu, haduh saya sudah membayangkan saja kalau sampai atapnya rubuh saya harus bagaimana ini. teringat dengan kejadian atap kereta rubuh di kebayoran lama.

Tiba-tiba teman saya tyo bilang bahwa hpnya hilang, cepat sekali copet itu benar-benar tidak bisa melihat mana copet atau orang beneran disana semua sama. setelah di cek berkali-kali akhirnya fix hilang. saya sendiri sudah mewanti-wanti hp hilang soalnya saya bawa hp ibu saya.

Setibanya di stasiun kami langsung mencharter angkot lalu tibalah di bawah pegunungan menuju Sukamantri. Di Sukamantri sendiri Banyak fasilitas yang kita bisa manfaatkan di sukamantri misal:musholla, toilet, air bersih, warung (tentunya musti beli), dan listri (hanya malam hari).

Dulu sewaktu ke sukamantri diwaktu sma lalu banyak monyet berkeliaran dan selalu menjarah barang-barang warung yang ada disana. dan jumlah monyet itu banyak suka bergelayutan dimana-mana namun sewaktu saya kesana lagi tidak ada satupun monyet berkeliaran. Entah karena hutan semakin menipis atau karena ditangkap oleh pemilik warung-warung. Banyak tanah landai di sana yang bisa dijadikan kemah lokasinya cukup luas dan terdapat air terjun mini disana serta hutan.

Apabila kita ke sukamantri maka kita akan melewati tanah yang sangat luas dan dijadikan ladang perkebunan serta tempat sapi perah yang katanya itu milik alm. soeharto. pemandangan di sukamantri sangat indah bila malam hari karena kita bisa melihat kota bogor dari atas pegunungan ditambah lagi udara yang dingin begitu terasa apalagi kalau sudah malam hari.

Bosan rasanya berada di atas gunung, tak ada yang bisa saya lakukan disana, memang sih ada air terjun disana namun airnya sedang kering, sempat juga berjalan-jalan sekitar hutan namun tak menemukan apa-apa malah nyasar lagi nanti.

Anjing di Sukamantri

Eh tiba-tiba kami menemukan seekor anjing disana. Anjing yang lucu, gemuk kecil dan sering kali bergaruk-garuk. Entah datang dari mana itu anjing ternyata dia tidur di tanah. saya sendiri kasian melihat anjing itu, masih kecil tak ada makanan, akhirnya saya memberikan sepotong sosis kepadanya, eh tiba-tiba hilman bilang “de, makanannya lu kasih anjing ya?”. dia tau banget saya kasih makanannya padahal saya tidak kasih tau.

Beruntung ada sang koki handal si hilman. Pagi itu dia memasak nasi uduk. nikmat sekali buatan dia, memang calon koki handal deh. Karena persediaan sudah benar-benar habis akhirnya kami pun membeli makanan di warung yang ada di sukamantri.

Saat itu tinggal kornet doang yang tersedia, masa kita makan kornet saja. Karena males memasak air akhirnya kami pun meminum air langsung dari gunung. Saya pun mau tidak mau minum kalau tidak bisa dehidrasi nanti. Tiap makan kami selalu beli di warung, sampai minumnya juga saya sudah cape minum air mentah disana malah banyak sekali air mateng.