Sore itu di Pekuburan Ereveld Ancol

Siang hari yang terik, kami (Gara, Caca, Titi dan temannya) sudah berada di Ereveld Menteng Pulo. Sebuah pekuburan yang sangat kontras dikelilingi oleh pencakar langit di Jakarta. Pekuburan yang asri tersebut dikelola oleh sebuah yayasan Makam Kehormatan Belanda bernama OGS (Oorloch Gravenstichting) yang berkantor di Fatmawati, Jakarta Selatan.

Sudah dua kali saya berkunjung kesini, emang ga ada bosannya. Bermain ke kuburan mungkin terkesan angker,  tapi beda cerita kalau berkunjung ke Ereveld karena dijamin ga ada kesan mistis atau angker. Ga seperti kuburan pada umumnya, karena di sini kita bisa belajar sejarah juga. Karena yang di makamkan di sini adalah orang-orang belanda, maupun orang Indonesia yang terbunuh karena perang pada masa pendudukan Jepang hingga agresi militer 1-2 di Indonesia sekitar tahun 1942-1949.

Setelah puas belajar sejarah hingga berburu foto yang instagramable, perjalanan pun berlanjut menuju destinasi berikutnya yaitu Ereveld Ancol yang lokasinya berada di dalam kompleks Ancol. Memakan waktu 1 jam-an, Alhamdulillah kami selamat sampai tujuan.

Di sana sudah ada kak Yunita yang lebih dahulu menunggu kami di sebuah pendopo kecil yang berada di samping kompleks pekuburan Ereveld. Telah hadir juga bapak sony, sebagai “penjaga” dari pekuburan ereveld Ancol. Sambutan hangat ditunjukan oleh bapak sony yang dilanjutkan dengan sesi perbincangan hangat alias sersan (serius tapi santai).

Berbeda dengan pekuburan di Ereveld Menteng Pulo, bisa dibilang Ereveld Ancol ini punya sejarah yang cukup tragis. Selain menjadi area pekuburan, tempat ini dahulunya menjadi area pembantaian dan pemakaman massal pada masa pendudukan Jepang di Indonesia tahun (1942-1945).

 

Satu hal yang unik, banyaknya nisan bertulisan Onbekend yang artinya tidak dikenali. kata beken sendiri dalam Bahasa Indonesia berarti terkenal. Kata tersebut merupakan serapan dari bahasa Belanda.

Memang, tak dipungkiri pada masa pendudukan jepang di Indonesia menyisakan sejarah tragis terutama bagi KNIL sebagai tentara di masa Hindia Belanda. Mereka menjadi pusat perhatian penjajah jepang. Diculik, disiksa, dimasukan ke dalam penjara lalu dibunuh secara tragis dan mayatnya dimasukan ke dalam satu liang lahat.

Salah satu tempat pembunuhan massal itu adalah ereveld ancol ini. Bagaimana mereka dibunuh secara tragis, bahkan ada yang menggunakan samurai sebagai senjata utamanya. Jasad mereka dimasukan dalam satu liang lahat dan dikubur dengan ditimpa semen di atasnya.

Saksi sejarah dari pembantaian tersebut adalah sebuah pohon besar yang berdiri di ujung komplek pekuburan ereveld. Walau sudah mati, pohon tersebut diawetkan sebagai bukti sejarah tentang pembunuhan massal yang terjadi.

Selain itu, seorang pengurus klenteng Da Bo Gong juga menjadi saksi bisu bagaimana pembunuhan itu terjadi. Klenteng tersebut memang letaknya tidak seberapa jauh dari lokasi pembunuhan massal tentara KNIL. Beliau melihat deretan truk tentara bergerak maju ke satu titik yaitu pada sebuah pohon besar, dan saat beliau menyelinap masuk dari balik pepohonan rindang, ternyata sedang terjadi proses eksekusi massal.

Mayoritas yang dimakamkan di pekuburan Ereveld Ancol ini memang tentara KNIL yang dahulu bertugas di Hindia Belanda. Namun, dari deretan makam yang ada, ada satu cerita yang menarik untuk dibahas. Makan yang memisahkan diri dari deretan makam yang lain. Makam tersebut adalah seorang wanita belia yang masih sangat muda. Umurnya sekitar 20 tahunan. Beliau adalah korban salah tangkap. Ya, seharusnya kakaknya yang ditangkap, tapi karena bentuk wajah yang mirip, sehingga tanpa pandang bulu beliau ditangkap dan dieksekusi.

Dibalik sejarahnya yang cukup tragis, lingkungan di Ereveld Ancol ini membuat pikiran saya tenang. Dengan keasriannya, suasana damai tercipta. Juga suasana damai bagi para arwah yang sudah gugur. Angin laut semeliwiR melewati dahan pohon yang rindang, burung-burung berterbangan, dan bunyi deru ombak tiada habisnya.

Perang dunia memang sudah usai. Semoga keadamian di dunia ini terus tercipta, dan tidak ada lagi konflik horizontal maupun vertikal.

Libur Panjang Lebaran? Ke Jakarta Fair Aja

kemenangan sudah tiba. satu bulan lamanya kita berpuasa, menahan hawa nafsu. Tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tapi lebih dari itu. Sebagai bulan penuh rahmat dan ampunan, bulan puasa menjadi momen untuk giat beribadah dan lebih mendekatkan diri dengan sang maha kuasa.

Melalui SKB tiga menteri, pemerintah sudah menetapkan libur lebaran yang lumayan panjang untuk tahun ini. Pemerintah menetapkan tanggal 11 hingga 20 Juni 2018. Lumayan panjang ya. momen libur panjang ini banyak dimanfaatkan untuk balik ke kampung halaman. Tapi bagaimana untuk yang tidak balik? nah kabar gembira bagi kalian yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Beruntung nih, Jakarta Fair tetap buka selama libur lebaran.

edf

Berikut adalah jam buka khusus libur lebaran di Jakarta Fair

· Libur Lebaran (11-20 Juni 2018) = 10.00 – 23.00 WIB

· Khusus Malam Takbiran = 10.00 – 18.00 WIB

· Lebaran Hari Pertama = 14.00 – 23.00 WIB

Ada apa aja di Jakarta Fair?

Yang pastinya banyak aneka produk menarik dengan diskon khusus. Yang khas di Jakarta Fair adalah aneka snack murah seharga sepuluh ribu, ada juga dua puluh ribu. Dari sepatu bermerk hingga kosmetik semua ada di Jakarta Fair.

Suka otomotif? nah kebetulan di Hall B1 dan B2.Jakarta fair ini ada beberapa stand otomotif dengan harga menarik.

Nyari gadget baru? coba datang ke Hall D. Disana ada beberapa stand merk gadget terbaru. Mulai dari power bank, handphone, flashdisk, semua ada. Banyak diantaranya mendapatkan potongan diskon khusus hanya di Jakarta Fair.

Sedang mencari furniture? jangan risau, di Hall A, tepatnya di Area open space banyak juga stand yang bagus sekali, mulai dari stand motor, helm, hingga makanan instant.

Suka nonton konser? tenang, di Jakarta Fair ada arena konser yang besar, dengan dereta penyanyi hingga band ternama Ibukota. Konser biasanya dimulai saat malam hari.

Nyari kulineran? banyak banget. Mulai dari makanan cepat saji, bakmi, nasi goreng, hingga aneka kuliner khas bali pun ada.

Berbagai Instansi Pemerintah dan BUMN juga turut serta dalam pameran terbesar ini. Beberapa diantaranya menghias standnya menjadi unik dan kaya akan nilai lokalitas daerah masing-masing.

edf

Banyak Spot Instagramable

Ga cuman surganya belanja murah, di Jakarta Fair juga banyak spot yang instagramable. Salah satunya di Area Pasar Malam yang merupakan area yang banyak dikunjungi anak-anak muda. Apalagi pas malam hari, deretan lampu gantung membuat foto jadi makin menarik. Apalagi banyak nama-nama jalan yang unik, pastinya kamu ga akan melewatkan untuk foto.

Transportasi Menuju Jakarta Fair

Untuk kamu yang membawa kendaraan pribadi, tenang aja parkirannya luas. Untuk motor biaya parkir seharian seharga 15.000. Lalu bagaimana yang naik transportasi umum? kamu bisa menggunakan trans Jakarta. Rute Trans Jakarta menuju JI Expo bisa dijumpai dari PGC, Monas, Harmoni dan Pulo Gadung. Gampang kan?

Nah tunggu apa lagi, yuk kita berkunjung ke Jakarta Fair

Saya pribadi mengucapkan Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin

Inilah Pengalaman Pertama Berkemah di Pulau

Sebagai anak backpacker (katanya), berkemah adalah salah satu hal yang kudu/wajib dilakukan untuk menghemat pengeluaran, lebih dekat dengan alam, dan juga biar terlihat liar kayak tarzan. Karena bisa jadi dengan berkemah, jadi ga perlu lagi mengeluarkan uang untuk penginapan, juga lebih praktis karena bisa didirikan dimanapun bahkan di dalam air sekalipun (seperti di umbul ponggok).

Niat kami untuk berkemah di pulau akhirnya kesampaian juga. Setelah melalui berbagai macam drama, mulai dari ribut dengan salah seorang di group komunitas karena kami disangka mencontek itinerary yang dia buat, dan karena jumlah peserta yang ikut sangat sedikit, saya sampai berpikir ulang untuk ikut. Bahkan saya sempat membatalkan perjalanan ke pulau. Setelah diyakinkan (dipaksa) oleh noviar, akhirnya saya mencabut niat batal itu.

Sehari sebelum berangkat, saya dan alief disibukan untuk menyewa tenda, matras, nesting dan membeli logistik. Emang sih ada miscommunication diantara kita, karena teman-teman lainnya ga terinfo soal pembelian logistik, jadi hanya kami berdua yang mempersiapkannya. Dan ini juga dadakan banget, padahal besok pagi buta udah berangkat. Karena ga tau harus beli apa, jadi cuman ada beberapa bungkus sosis, bumbu nasi goreng, gas dan berbagai snack mecin untuk bekal diperjalanan.

Seperti biasa, saya telat bangun (lagi). Teman-teman seperjalanan udah khawatir aja karena 50% logistik saya yang bawa. Beruntung sih ga telat-telat banget, setidaknya pas dateng teman-teman udah ada di kapal dan kayaknya beberapa menit lagi mau berangkat. Tiga jam lamanya perjananan membuat kami melakukan berbagai cara untuk mengatasi kebosanan. Mulai dari menaiki dek, berkeliling, berfoto, becanda gurau sambil cerita-cerita masa lalu yang kelam.

Nasib sial menimpa kami, karena pulau yang akan dikunjungi yaitu pulau air ternyata sedang tidak menerima kunjungan wisatawan. Alhasil, pulau semak daun menjadi pilihan satu-satunya. Memang letak kedua pulau ini tidak seberapa jauh, mungkin jaraknya seperti dari senayan menuju ke pakubuwono.

The first thing to do ketika tiba di pulau adalah mendirikan tenda. Saya ingat betul, terakhir mendirikan tenda itu saat masih aktif di pencinta alam zaman SMA dulu. Tapi anehnya kali ini skill saya mendirikan tenda luntur seiring berkembangnya zaman now dan bertambahnya usia. Dari kami semua, ga ada yang berpengalaman mendirikan tenda sama sekali. Saking awamnya, sampai berkali-kali salah mendirikan tenda. Mulai dari flyernya kebalik. patok yang salah, tongkatnya ketuker-tuker. Lalu datanglah endah penolong kami semua. Akhirnya kami diajarkan bagaimana cara mendirikan tenda yang baik dan benar sampai akhirnya berdiri kokoh.

Setelahnya, kami pergi menuju pulau air. Ga sampai masuk ke pulaunya sih, hanya beberapa meter dari sana. Dan sudah ada beberapa kapal dari pengunjung lain yang ingin snorkling juga. Walau harus berbagi keindahan dengan mereka, tapi setidaknya saya puas melihat terumbu karang yang masih agak terjaga. Saking ga mau pulangnya, saya sampai tidak sadar sudah berenang bahkan menjauh dari kapal, beruntung ada teman saya yang teriak bahwa sudah waktunya balik karena gelombak ombak sudah semakin tinggi.

Karena kelaparan sehabis snorkling, tiba waktunya untuk membuka logistik dan mulai memasak. memang ini bukan pengalaman pertama saya memasak, setidaknya dulu sudah pernah memasak air, mie instan, bikin nasi goreng pakai bumbu instan, jadi tinggal oseng-oseng aja. Tapi beda ceritanya kalau pakai nesting.

Dengan sangat percaya diri saya mencoba menyalakan api di nesting dan ternyata gagal total. Apinya ga mau nyala, padahal gasnya sudah terhubung. lalu datanglah teman saya mencoba membantu sebut aja namanya awam. Emang sih nyala apinya tapi makin lama apinya malah makin besar dan ga ada satupun yang bisa padamin apinya dong. Akhirnya Endah turun tangan untuk membantu memadamkan api yang lagi berkobar-kobar itu. Karena kesalahan tadi, gasnya menyusut drastis. Dan saya pun menyesal karena cuman beli satu gas doang. Saya kira kan cukup ternyata baru sehari dipakai aja udah abis. Beruntung lagi nih, Endah bawa gas cadangan dan dia emang udah nebak kalau nanti bakal kehabisan gas, gile backpacker banget kan.

Disaat beberapa teman-teman yang lain sedang menikmati sunset, saya mencoba memasak beberapa sosis dibumbui mentega. Enak sih (menurut saya), tapi makin lama rasanya makin aneh gitu, ya akhirnya saya coba habiskan sendiri aja biar ga ketahuan kalau rasanya ga enak.

Malam itu memang ga kayak biasanya. Angin bertiup sangat kencang bahkan seperti badai, membuat tenda kami yang kokoh sampe bergoyang keras. Saat itu kami sedang menyiapkan makan malam. Karena angin bertiup sangat kencang, salah satu teman saya malah memindahkan nesting dalam keadaan menyala kedalam tenda, duh Ojaan! untung ga kebakaran. Akhirnya biar api tetap menyala, flyer tenda kami cabut untuk menutupi angin sehingga api tetap menyala.

Walau sangat sederhana karena cuman terdiri dari nasi goreng instan, sosis, sarden, ditaburi snack mecin, beberapa potong nugget (dari tetangga sebelah) dan dibumbui saos botolan juga kecap (itupun dari tetangga sebelah karena lupa beli), makam malam kali ini nikmat banget. Mungkin karena bareng-bareng, ditambah lagi kelaperan, apapun makanannya asal halal hajar bleh

Makin sedikit makin hangat, mungkin itulah yang tergambarkan bagaimana suasana malam begitu hangat disaat ombak dan angin laut yang semakin deras. Setelah makan malam, kami nyanyi bareng, cerita pengalaman masing-masing sambil melipir ke tetangga untuk bermain uno. Tetangga baru kami sebenarnya teman seperjalanan juga walau beda group share cost.

Seakan tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, besokannya kami sudah bisa menyalakan nesting sendiri, memasak dan mempersiapkan makan pagi. Ya, walau cuman masak mie instan doang tapi setidaknya ada kemajuan. Kami juga sudah bisa merapihkan tenda, emang tidak sesulit memasangnya karena tinggal copot-copot aja, tapi menggulungnya menjadi sangat rapih butuh skill tinggi juga lho.

Dan akhirnya kami harus meninggalkan pulau semak daun untuk bertolak menuju ibukota. Sedih sih, tapi lebih sedih lagi karena besok hari senin dan harus beraktifitas kembali. Tapi setidaknya kami belajar banyak apa artinya backpacker sesungguhnya. Bukan sekedar label hidup murah, irit dan ransel dipunggung. Bahkan lebih dari itu saya musti banyak belajar caranya mendirikan tenda, menyalakan api di nesting, memasak yang enak untuk diri sendiri dan orang lain juga mempersiapkan logistik dengan penuh kesiapan dan perhitungan matang sehingga tidak menyusahkan dikemudian hari.

 

All Photos shooted by : Endah & Dwi

Kopi Selasar, Citarasa Kopi Khas Nusantara

Sedikit mengulik sejarah kopi di Indonesia yang ternyata kolonial belanda yang memang memprakarsainya. Itu semuanya bermula ketika kopi yang dibawa dari Malabar, sebuah kota di India dan dibawa menuju Indonesia melalui Pulau Jawa pada tahun 1696. Lambat laun, tanaman baru ini akhirnya berhasil dibudidayakan di Jawa sekitar tahun 1714-1715. Hingga pada akhirnya, budidaya tanaman ini dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia mulai dari Sumatera, seluruh pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Flores bahkan hingga ke Papua [sumber].

Tentu banyak diantara kita sudah tidak asing lagi dengan kopi-kopi di Nusantara ini. Mulai dari kopi sigli dan gayo di Aceh, kopi lampung, kopi toraja, kopi luwak, bahkan hingga kopi papua. Uniknya, setiap daerah mempunyai ciri khas kopinya masing-masing. Itulah yang menjadi pembeda kopi daerah satu dengan yang lainnya. Entah kadar keasamannya, pahitnya atau lainnya.

Saat ini, kopi tak hanya menjadi minuman dikala ngantuk berat atau penambah semangat disaat lagi malas – malasnya, lebih dari itu sekarang seakan sudah menjadi gaya hidup terutama kaum urban. Banyak berjejeran deretan kafe yang menawarkan kopi dengan citarasa yang kekinian dengan sedikit perubahan rasa juga inovasi tampilan.

Berbeda dengan yang lainnya, salah satu kafe di daerah kemang ini yaitu Kopi Selasar justru masih mempertahankan citarasa tradisional dan khas nusantara. Yup, dengan begitu diharapkan dapat memperkenalkan kopi khas di Indonesia ini yang banyak beragam.

Pada awalnya, Ibu Astried Swastika sebagai owner dari kopi selasar bercerita bagaimana pada awalnya fahri, sang barista lokal ternyata bisa membuat beragam kopi khas dari nusantara. Ya, awalnya sih saya coba kopi buatannya dan ternyata enak, banyak orang yang bilang kopi buatannya enak juga dengan teh tariknya, dan pada akhirnya saya membuat kopi selasar ini, sekaligus untuk memperkenalkan kopi khas nusantara khususnya Aceh, ujar Bu Astried kepada kami para blogger yang sedang duduk santai  di sore hari sambil menyeruput kopi sanger di kedainya.

Ada beragam jenis menu yang tersaji, dan yang saya minum ini adalah kopi sanger yang merupakan campuran dari kopi hitam, susu kental dan gula. Cara membuatnya juga unik, karena tidak memakai mesin dan cukup memakai alat tradisional seperti penyaring, Teko untuk membuat teh tarik, dan lainnya. Rasa kopinya juga sangat bergantung pada hati sang barista lokal yaitu Fahri, jadi bilamana sedang murung atau gelisah pasti akan berbeda rasanya ketika sedang ceria ataupun senang.

Teh tarik merupakan signature dari kopi selasar ini khususnya Es teh tarik. Selain segar, meminumnya dikala panas dan terik dapat menambah semangat. Ada juga kopi tarik yang cara pembuatannya tidak beda jauh dengan teh tarik, hanya saja berupa campurannya berupa kopi. Selain itu ada salah satu menu favorite saya yaitu teh leci, yang rasanya ada asem, manis, cinta deh pokoknya. Tempatnya juga nyaman dan asri alias teduh karena banyak pohon, cocok banget untuk ngumpul-ngumpul sama teman atau sahabat.

Selain kedai, kopi selasar juga bisa mobile lho. Namanya adalah kopi keliling (koling). Jadi maksudnya koling adalah adalah menyajikan kopi dalam suatu acara atau event, ga hanya kopi atau teh tariknya aja, tapi sekaligus menyuguhkan atraksi barista lokal dalam membuah kopi ataupun teh tariknya yang harus ditarik-tarik sehingga menarik banyak orang untuk mencobanya.

Bagi kalian pengguna setia Gojek, pas banget nih karena Kopi Selasar sudah bisa dipesan melalui Gofood lho, jadi semakin mudah ya menikmati kopi khas nusantara hanya dengan genggaman smartphone aja. untuk harganya juga variatif, mulai dari Rp. 18.000 sampai Rp. 25.000 . waktu bukanya mulai pukul 10.00 pagi sampai 6 sore dan buka setiap selasa – minggu dan hari senin tutup.

Kopi Selasar

Jl. Kemang Timur XV No.99, Jakarta Selatan [maps]

Buka : hari Selasa – Minggu, jam 11 pagi – 5 sore [Senin tutup]

No Telepon 0816 1777 9826

Instagram : @kopiselasar_id

Upacara Kemerdekaan di Istana Merdeka, Sakral dan Penuh Hikmat

Sekali merdeka tetap merdeka!

71 tahun Indonesia telah Merdeka. Arti kemerdekaan adalah bebas dari segala penjajahan, bebas mengemukakan pendapat, bebas menentukan pilihan. Diusia yang cukup matang ini, diharapkan mampu menanggulangi persoalan yang akan terus menghampiri. Semakin dewasa dalam bertindak dan tak lupa semakin memakmurkan rakyat.

Diusia yang ke-71 tahun ini, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dibawah naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meresmikan sebuah logo untuk menyambut kemerdekaan Indonesia. Didesain oleh Aditya Yoga, filosofi dari gambar 71 digambarkan dua setengah lingkaran yang mengilustrasikan bilah baling-baling yang dinamis selalu berputar mendorong pesat ke depan. Hal ini menunjukan komitmen pemerintah untuk kerja nyata dalam memajukan Indonesia sumber.

Perayaan HUT Republik Indonesia tahun ini terasa sangat menyenangkan, karena ketiga kalinya saya dapat melihat secara langsung pengibaran maupun penurunan bendera merah putih di Istana Merdeka. Diantara tahun-tahun sebelumnya, tahun ini terasa sangat spesial. Bagaimana tidak, presiden kita bapak Joko Widodo menyempatkan diri blusukan untuk sekedar bersalaman dan berfoto bersama kepada tamu undangan, sungguh hal yang tidak pernah dilakukan tahun-tahun sebelumnya.

Kehadiran kereta kencana untuk membawa bendera pusaka dari dalam monumen nasional seakan membedakan dari perayaan-perayaan di tahun sebelumnya. Ditambah dengan pasukan kencono dibelakangnya dengan pakaian adat jawa dan membawa tongkat.

Tak lupa serangkaian pertunjukan kebudayaan dari seluruh penjuru Nusantara menambah semarak perayaan kemerdekaan tahun ini. Ditambah juga dengan kehadian 5 buah pesawat sukhoi yang melaju pesat diatas Istana Merdeka seakan melengkapi kemeriahan HUT RI ke 71 tahun ini.

Tepat pukul 10.00 upacara kemerdekaan dimulai. Komandan upacara yang dipimpin oleh Kolonel Inf. Putra Widiastawa sudah siap memimpin jalannya upacara. Adik-adik Paskibraka yang terpilih dari seluruh kota di Indonesia ini sudah berbaris rapih mengiringi pengibaran sang saka merah putih. Yang bertindak sebagai Komandan Paskibraka ialah AKP Lalu Hedwin Hanggara, S.IK.

Adik kita Nilam Sukma Pawening yang mewakili Provinsi DKI Jakarta terpilih membawakan sang saka bendera merah putih untuk dikibarkan. acara yang dinanti-nanti tiba juga yaitu pengibaran bendera. Dengan penuh semangat, paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) mengibarkan sang saka bendera merah putih tepat di halaman Istana Merdeka.

Setelah sukses mengibarkan, acara berikutnya mengenang jasa pahlawan, juga iringan musik-musik nasional. selanjutnya pak presiden. Diakhir acara, Raisa berduet dengan Slank untuk membawakan musik-musik Nasional. walaupun cuaca cukup terik, tapi para undangan tetap antusias untuk mendengarkan lagu-lagu nasional oleh Raisa dan Slank.

Jujur saya terkagum-kagum dengan konsep tahun ini, dimana upacara pengibaran maupun penurunan bendera sama-sama terdapat pertunjukan kebudayaan dan pastinya ada artis-artis yang siap menghibur. Selamat ulang tahun Indonesia, semoga semakin makmur, semakin maju dan semakin jaya selalu!