Masalah psikologi dan kejiwaan sering diremehkan orang sebagai suatu penyakit yang dibuat-buat dan tidak masuk akal. Nyatanya, masalah kejiwaan mempunyai derajat yang sama dengan penyakit lainnya hanya saja memang tidak terlihat oleh kebanyakan orang.
Padahal, dari penyakit kejiwaan ini bakalan muncul masalah-masalah kesehatan lainnya yang sebelumnya tidak ada. Banyak penyakit yang diakibatkan oleh stress berkepanjangan, depresi hingga masalah sakit jiwa.
Stigma sebagai manusia yang kurang bersyukur dan ga beribadah menjadi makian yang mereka terima bila terkena masalah kejiwaan. Masyarakat kurang bisa menerima orang yang memiliki masalah mental dan kejiwaan, sampai di puskesmas pun masih jarang ada psikolog yang tersedia.
Peran orang tua pun masih sangat kurang dalam mengatasi permasalahan kejiwaan yang dialami anaknya. Mereka lebih mendorong untuk lebih rajin untuk beribadah dan mendekatkan dengan sang kuasa. Memang benar, tapi masalah kejiwaan ini nyatanya tidak selamanya masalah kurang ibadah.
Keadaan seperti inilah yang menjadi keprihatinan bagi Triana Rahmawati, seorang mahasiswi yang sedang menimba ilmu Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.
Tirana mulai sadar betapa pentingnya untuk melakukan edukasi ke orang lain, terutama mereka yang mengalami masalah kejiwaan.
Dalam perkembangan yang lebih lanjut, Triana bersama dua rekannya sesama mahasiswa Sosiologi, Febrianti Dwi Lestatri, dan Wulandarari pada 2014 dan mendirikan Griya Schizofren. Yaitu sebuah wadah anak-anak muda yang peduli atau mau melakukan aksi kebaikan untuk orang-orang dengan masalah kejiwaan.
Sekilas tentang Schizofren merupakan sebuah gangguan mental yang kompleks yang dapat memengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku seseorang. Orang yang mengalami schizofrenia mungkin mengalami gangguan persepsi, pemikiran yang tidak biasa, dan kesulitan membedakan antara realitas dan dunia imajinasi atau halusinasi.
Gangguan ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang, termasuk hubungan interpersonal, fungsi sehari-hari, dan kualitas hidup.
Gejala schizofrenia dapat bervariasi antara individu, tetapi beberapa gejala umum yang terkait dengan kondisi ini meliputi:
- Delusi: Keyakinan yang tidak benar dan tidak masuk akal, seperti keyakinan bahwa seseorang sedang dikejar atau diawasi oleh pihak asing.
- Halusinasi: Pengalaman sensorik yang tidak nyata, seperti mendengar suara-suara atau melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
- Gangguan pemikiran: Gangguan dalam cara berpikir yang dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan menyusun gagasan.
- Gangguan emosi: Perubahan emosi yang mendalam, seperti perasaan kebingungan, kecemasan, atau ketidakpedulian.
- Ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri: Kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk perawatan diri, bekerja, dan menjalani hubungan sosial.
Ketika Griya Schizofren hadir, banyak orang menghubungi melalui pesan untuk bercerita bila dirinya mengalami masalah kejiwaan, atau keluarganya yang mengalami masalah kejiwaan.
Langkah edukasi terus dilakukan oleh Triana melalui Griya Schizofren dengan mengedukasi orang-orang yang sudah terlanjur mengalami masalah kejiwaan. Maka Griya Schizofren berkolaborasi dengan Griya PMI Peduli untuk memberikan edukasi. Kolaborasi ini dilakukan karena para OMDK yang berada di Griya PMI Peduli mayoritas hidup sebatang kara.
Perjalanan Triana sebenarnya tidak cukup mulus dalam melakukan pendampingan bagi masalah kejiwaan melalui Griya Schizofren karena diwarnai berbagai penolakan.
salah satu penolakan yang terjadi oleh Triana mengalami masa-masa sulit pada 2017. Ia sempat down dan berencana menyudahi aktivitas pendampingan sosial bagi OMDK.
Penghargaan SATU Indonesia Awards yang ia terima menjadi titik balik yang kembali membangkitkan semangatnya saat mengalami kejenuhan dalam menjalankan kegiatan sosial melalui Griya Schizofren yang ia dirikan pada 10 Oktober 2012.
Triana Rahmawati sangat pantas untuk mendapatkan penghargaan tersebut, karena jasanya dapat membantu orang-orang yang mempunyai permasalahan kejiwaan tadi menjadi punya tempat untuk dapat berlindung dari masalah kejiwaan.