Berawal dari tambang galian pasir yang sudah tidak beroperasi lagi dan kini meninggalkan bekas lubang yang besar. Dikarenakan terus – menerus terisi oleh air hujan, kemudian berubah menjadi telaga atau danau yang kalau dilihat sekilas memang mirip seperti Danau Kaolin di Pulau Belitung sana. Mungkin karena sama – sama berasal dari pengerukan tanah bekas dari pertambangan. Pancaran warna Hijau Muda dan Biru Toska tersebut juga bukan warna sebenarnya, melainkan berasal dari alga ganggang yang terkena pantulan sinar matahari.
Mungkin gak pernah terbayangkan sebelumnya, bagaimana tempat yang dahulunya hanya berupa bekas galian tambang kini menjadi tempat wisata yang sangat fenomenal dan ramai dikunjungi banyak orang. Ditambah dengan pesatnya perkembangan sosial media yang banyak memuat informasi dan foto keindahan telaga ini membuatnya semakin banyak yang penasaran untuk berkunnung. Gak hanya dari warga Tangerang sendiri, namun banyak diantara datang dari Jakarta dan sekitarnya. Mayoritas memang berasal dari gen Y maupun Z yaa termasuk saya juga sih, hehe.
Akses menuju kesini ga terlalu susah kok, lokasinya juga tidak terlalu jauh dengan Pemerintahan Kabupaten Tangerang yang berada di Kecamatan Tigaraksa. Atau lebih tepatnya berada di Jalan Tigaraksa, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang. Banyak spanduk atau poster yang mengarahkan pengunjung agar tidak kesasar.
Bagi yang menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor dapat mengikuti akses dari google maps berikut ini dijamin sampe deh, kalaupun nyasar silahkan gunakan penduduk sekitar yaa 😛 alternatif lain untuk menuju kesini yaitu naik transportasi umum seperti commuterline jalur Tanah Abang – Maja, dan turun di Stasiun Tigaraksa. Selanjutnya dapat menggunakan ojek baik online maupun konvensional, atau naik angkot jurusan Adiyasa -Balaraja. Kemudian turun di dekat SMAN 8 Kabupaten Tangerang. Plang atau spanduk menuju Danau Biru sudah terlihat dan tinggal jalan kaki sekitar 20 menitan.
Berbicara soal biaya masuk, hmm.. ya gitu deh. Karena ketidaktahuan saya akhirnya harus membayar dua kali. Yang pertama membayar 5000 (untuk satu motor dua orang penumpang) kepada segerombolan orang. Mereka menarik uang kepada siapapun motor atau mobil yang ingin berkunjung ke telaga yang sedang hits ini, dan tidak ada tiket resminya! oke, selanjutnya saya kembali membayar sebesar 5000 dan ini ada tiket resminya, walau belum ter-update karena ditiketnya sendiri tertulis 3000 tapi saya harus membayar 5000. setelah membayar dua kali tiket, saya membayar parkir sebesar 2000 untuk motor, 3000-5000 untuk mobil.
Suasana bekas tambang masih sangat terasa ketika kita masuk ke area “danau kaolin” versi tangerang ini. terlihat beberapa alat bekas pengerukan tanah yang sudah tidak terpakai juga dengan lubang – lubang yang tidak terlalu besar yang belum sempat terkeruk tanahnya. Sekelilingnya masih tanah kosong dan persawahan yang luas.
Disana terdapat tiga telaga. yang pertama telaga berwarna hijau muda. Uniknya, kini terdapat perahu kecil yang hanya muat maksimal 4 orang untuk sekedar foto-foto lucu gitu di Instagram. Biayanya murah sekitar 20.000/perahu (2016). Ada pula patung badak, entah apa maksudnya tapi begitu menarik perhatian saya dan juga pengunjung lainnya. Di sebelah nya terdapat telaga yang cukup dalam, berwana biru toska yang pekat dan sangat cantik bila dilihat. Sayangnya tanah disini masih sangat gembur, jadi musti berhati-hati agar tidak kecebur, tak terbayangkan bila musim hujan pasti sangat ledok. Yang terakhir adalah telaga terbesar dan terluas yang ada di kompleks telaga biru cigaru ini. Sebagai pengamanan, sudah berdiri pagar bambu yang membatasi pengunjung untuk tidak terlalu mendekat.
Oh iya, sangat disarankan kalau mau kesini datangnya pas menjelang sore hari. karena apa? silau men! sinar mataharinya begitu menyengat mungkin karena tidak ada pepohonan yang menutupi disekelilingnya. Memang tidak disarankan untuk berenang selain kedalamannya yang mencapai 50 meter, juga dikhawatirkan terdapat zat berbahaya bekas tambang yang membahayakan tubuh, jadi lebih baik menikmati keindahan warna – warni telaga atau sekedar foto-foto ala instagramble gitu.
Dengan semakin banyaknya antusias masyarakat mengunjungi telaga biru cigaru ini bisa jadi potensi tempat wisata baru nih di Kabupaten Tangerang. Juga diharapkan bisa dikelola dengan sangat baik, dengan begitu tidak terjadi lagi yang namanya pungutan liar.
Sumber pH nya tujuh itu agak ambigu de, mnrt saya yang dl konon terjerumus dibidang kimia, tujuh mah asa netral hohoo
Salut ihh msh konsisten nulis, saya konsisten baca2 web orang ckckkck
Btw april ke Jogja ga de? Acaranya di devi
hahaha iya cit setelah di kroscek ph 7 itu justru normal dan bisa dikonsumsi
lagi mencoba konsisten nulis nih biar ga lupa :p
btw ada apa dengan devi pas april?
Informafif Derus…. Keep up the gud work
makasih ka muti, udah lama nih ga ketemu hehe 🙂
Aku penasaran kenapa lokasi bekas tambang yang menjadi telaga/danau airnya pasti berwarna seperti itu. Biru muda bagus gitu. Di Jepara pun ada juga bekas area pertambangan, dan airnya juga seperti ini.
kalo yg aku tau sih itu dari alga ganggang tapi kenapa bisa ada alganya kurang tau juga hehe.. sama di bogor dan pulau belitung juga sama warnanya biru toska atau hijau muda bgtu
wah sekaranag udah rame yaa disana, tapi paling enak datengnya tuh pas sore2 soalnya ga terlalu panas jg
Supreme Review