Sering kita jumpai baik secara langsung tidak, berbagai tindakan yang sesungguhnya melenceng dari nilai luhur Pancasila. Seperti main hakim sendiri, hukum yang tidak berdasarkan keadilan, ataupun persatuan yang perlahan luntur karena ego antar kelompok atau golongan.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, sudah seharusnya pancasila menjadi pedoman penting dalam berbangsa dan bermasyarakat. Pancasila yang bersifat fleksibel dapat menyesuaikan dalam berbagai kondisi, bahkan Pancasila menjadi tuntunan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Dilihat dari sejarah berdirinya, Pancasila pertama kali diperkenalkan oleh Soekarno pada rapat pertama BPUPKI yang digelar pada 29 Mei – 1 Juni 1945. Dalam rapat ini, Beliau berserta 2 tokoh bangsa lainnya Soepomo dan Muh. Yamin mengemukakan 5 asas dasar Negara. Tanggal 1 Juni merupakan hari dimana Soekarno mengemukakan 5 asas dasar Negara yang dinamakan Pancasila.
Godokan dari sidang BPUPKI inilah menjadi cikal bakal terciptanya sebuah dasar negara yang dinamakan Pancasila. Sehari setelah kemerdekaan Indonesia, dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 menjadi momentum dimana Pancasila ditetapkan menjadi sebuah dasar negara yang mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya Berbeda-beda tetapi tetap satu.
Belajar untuk memahami dan melaksanakan Pancasila bisa lewat apapun, baik tindakan ataupun pelajaran. Seperti yang saya dan para blogger lakukan yaitu Nobar (Nonton Bareng) Film Lima bersama PPM Manajemen yang merupakan sebuah organisasi yang mengelola SDM berkualitas.
Dalam hal ini, PPM berperan aktif dalam melaksanakan peran Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Memang, sejak awal berdirinya pada 3 Juli 1967, PPM Manajemen secara konsisten memastikan, menjaga dan mempromosikan kebersamaan nasional dan kebhinekaan dalam pembangunan Nasional.
Melalui 3 Tanggal Keramatnya, yaitu Tanggal 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila, 3 Juli sebagai hari lahir PPM Manajemen dan 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan Indonesia. PPM Manajemen yang berada dibawah naungan Yayasan PPM selalu berpegang pada nilai-nilai Pelopor, Luhur, Unggul, dan Santun dalam sumbangsihnya bagi bangsa Indonesia.
Berbicara soal film Lima, saya merasakan ada sesuatu berbeda dalam setiap scene yang tertuang. Tidak seperti film lainnya yang biasanya dilanda konflik percintaan atau antar golongan, tapi film ini menggambarkan jelas 5 pasal yang ada di Pancasila.
Sebut saja pasal kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dimana dalam scene ini dituangkan dalam bentuk pengadilan yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Tidak hanya di Film, hal inipun sering dijumpai di kehidupan nyata. Sebagai contoh, seorang nenek yang hanya mencuri dua biji kakao lalu ditangkap dan dijebloskan ke penjara selama satu-dua tahun. Lalu apa kabarnya koruptor yang hanya beberapa bulan saja?
Scene lainnya, pasal kedua yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradap dituangkan dalam perilaku masyarakat yang main hakim sendiri. Jangankan di dalam film, perilaku tidak terpuji tersebut banyak bermunculan di masyarakat. Hanya bermodalkan isu yang beredar, beberapa orang tega melakukan tindakan main hakim sendiri, yang jika ditelusuri belum terbukti kebenarannya.
Film ini diakhiri dengan kemunculan pemeran Adi (Baskara Mahendra) yang merupakan alumni dari Sekolah Tinggi PPM. Adi, dalam film Lima ini merupakan anak bontot dari tiga bersaudara. Dia hidup dalam kebhinekaan dimana bapak dan ibuya berbeda agama. Selain Adi, hadir pula direktur dari PPM Manajemen, yang ikut menyaksikan film Lima bersama para karyawan PPM Manajemen.
Rasa nasionalisme saya menyeruak selepas menonton film berdurasi hampir dua jam ini. Bagaimana Pancasila dapat menjadi pedoman dalam bermasyarakat dan sangat menjungjung tinggi norma-norma. Sehingga, dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup, tidak terjadi lagi perilaku menyimpang yang tidak sesuai kaidah Pancasila. Rasa kebhinekaan pun muncul dengan Indonesia yang sangat majemuk ini.