Menelusuri Jejak Peninggalan Sang Raja Galuh

 

Pernah dengar kerajaan galuh? ya, kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan yang berada di pulau jawa. Berdiri sekitar abad ke – 14 masehi dan kecamatan kawali di ciamis, jawa barat menjadi tempat ibu kotanya. Kalau ada yang tau tentang sejarah perang bubat, pasti tahu kerajaan ini. namun di sini akan membahas lebih rinci peninggalan kerajaan yang terdapat di barat jawa ini.

Namanya situs astana gede atau berarti situs makam besar. Tempat yang sangat saklar bagi kabupaten ciamis, karena bila ulang tahun kabupaten ciamis biasanya diselenggarakan ditempat ini. Untuk mengunjunginya tidaklah sulit, bisa naik ojek dari alun-alun kawali, tapi untuk naik kendaraan pribadi ambil arah utara dari alun -alun. kalaupun nyasar, dijamin marsyarakat disana pasti tau yang namanya astana gede.
Mulai dari pintu masuk kita diharuskan membayar sebesar Rp.7500 (2013). Untuk yang ingin mengetahui sejarahnya lebih dalam bisa membeli buku kecil hanya dengan Rp.15000 (2013), bagi saya itu cukup murah untuk mengetahui sejarah salah satu kerajaan yang ada di pulau jawa ini.
 
Rindangnya pohon ditambah angin khas pegunungan menyambut kedatangan saya, udara yang sangat sejuk berbanding di alun-alun kawali. pohon-pohonnya pun sangat besar dan banyak yang sudah berusia ratusan tahun. Di situs ini terdapat 6 buah Prasasti, Batu panglinggih, 2 buah Menhir, Mata air cikawali, dan makam para raja oleh karena itu pakailah pakaian sopan. Berikut salah satu dari beberapa prasasti dan menhir yang ada di astana gede : 
prasasti dengan tulisan bahasa sunda kuno di seluruh bagian prasasti

Prasasti pertama yaitu berbentuk seperti segi empat yang tidak beraturan, tulisan pada prasasti tersebut merupakan tulisan sunda kuno dan dari buku yang saya baca, kalau di terjemahkan ke dalam bahasa indonesia artinya adalah : ” inilah tanda bekas beliau yang mulia prabu raja wastu yang memerintahkan di kota kawali yang memperindah keraton surawisesa yang membuat parit di seluruh ibu kota yang memakmurkan seluruh desa semoga ada penerus yang melaksanakan berbuat kebajikan agar lama jaya di dunia“.

Prasasti Bentuknya menyerupai sandaran arca, segi lima tidak beraturan

 

Prasasti tapak kaki dan tangan
Prasasti yang paling menarik perhatian adalah prasasti tapak kaki dan tangan sang raja galuh. Entah pakai apa dulu tercipta tapak kaki dan tangan ini.  Tak usah sungkan mencoba mencocokan tapak kaki dan tangan di prasasti tersebut. Namun dari sekian orang yang mencoba tidak ada satupun yang pas. menurut mitos sih, kalau kaki dan tangannya bisa sama, katanya bisa beruntung nantinya. Saya sendiri yang mencoba tapak kaki sang raja galuh pun tak sesuai, yasudahlah.
Kotak – kotak pada batu prasasti tapak kaki tersebut ada yang berpendapat sebagai perlambangan, lima buah segi empat/ kotak di artikan panca indra sedangkan kesembilan bidang segi empat diartikan lubang-lubang yang ada pada tubuh manusia. ada pendapat lain bahwa itu adalah sebuah kalender yang digunakan untuk menghitung hari yang di anggap baik, sedangkan telapak kaki dan tangan diartikan sebagai kekuasaan.
Prasasti tulisan aksara sunda kuno
Menhir pangeunteungan (tempat bercermin)
Menhir diatas bukan sembarang menhir biasa. lumpang batu yang di tutup itu ternyata bisa menyerap air dari dalam tanah, sehingga airnya tidak pernah surut. Menurut cerita menhir ini juga disebut menhir pangeunteungan di pakai untuk tempat bercermin pada jaman dahulu. Arti filsafat cermin/ngeunteung ini adalah bahwa kita harus senantiasa bercermin pada diri sendiri, jangan sampai lupa diri, nah!.

 

 

Terdapat makan yang panjangnya bisa sampai dua meter dan yang paling unik ini bukan makan raja galuh melainkan makam Pangeran Usman yang merupakan penyebar agama islam utusan dari kerajaan cirebon
Selain itu terdapat makan kuno adipati singacala terletak dipuncak punden berundak. bangunan punden berundak merupakan salah satu hasil tradisi megalitik yang berfungsi sebagai tempat pemakaman dan penguburan. Adipati Singacalak sendiri adalah sebagai raja kawali tahun 1643 – 1718 M keturunan Sultan Cirebon yang sudah menganut agama islam.

 

Jika berjalan lebih jauh yaitu ujung dari pada astana gede, maka akan menemukan sebuah mata air bernama cikawali. kolam kecil yang merupakan sumber mata air yang tidak pernah kering sepanjang tahun, biarpun musim kemarau sekalipun. menurut cerita, cikawali merupakan tempat pemandian para raja galuh jaman dahulu. air yang berbentuk seperti kolam itu ternyata ada ikan-ikan kecil yang hidup disana. Ada yang berpendapat bahwa nama kawali berasal dari nama kolam kecil ini. Walau ada pendapat lain mengatakan bahwa kawali berasal dari nama kuali.

Baru sadar ternyata kampung halaman saya pernah menjadi ibukota dari kerajaan yang pernah menjadi musuhnya majapahit ini, yaitu kerajaan galuh dan juga menyimpan peninggalan yang luar biasa bersejarah. Selain itu banyak arti dan makna yang bisa dijadikan panutan untuk hidup dibalik tulisan menhir ataupun prasasti yang ada di astana gede. wisata memang ga harus jauh, mulailah dari kampung halaman sendiri 🙂

19 Comments

  1. Berarti dulunya ini kerajaan letaknya ada di dalam hutan ya? Sayang ya nggak ada struktur bangunan yang tersisa. Mungkin dulu mereka bangunnya dari kayu, jadinya mudah lapuk dan hancur.

    Iya ya, klo dpikir gimana cara itu bikin prasasti telapak tangan dan telapak kaki? Kalau jaman sekarang sih pakai semen kan gampang. Tapi jaman dulu cuma ada palu dan pahat.

  2. Napak tilas di kerajaan Galuh ini sungguh mengasyikan dan bayak manfaat pembelajaran yang bisa di gali dan diuraikan dari stiap masing-masing obyek tersebut. Semoga pemerintah daerah dapat menciptakan lokasi wisata sejarah sebagai salah satu kawasan wisata edukatif bagi para pengunjung di kawasan daerah Ciamis ya sob. 😀

    Salam

  3. betul om sangat edukasi sekali untuk mengenal kerajaan di nusantara ini hehe 🙂 semoga semakin di kembangkan lagi sama kabupaten ciamis

  4. sepertinya sih di hutan, iya betul ga ada struktur bangunannya sama sekali cuman beberapa peninggalan aja yg tersisa,
    mungkin sih pake pahat dan rapih banget pahatan jaman dulu bener2 mirip kaki manusia 😀

  5. iya mas lagi seneng nih sama sejarah di kampung sendiri, harus banyak yg perlu di explore lebih dalam 🙂

  6. bisa kak tapi untuk naik kereta apa aku ga tau, tapi di ciamis ada kok stasiun kereta api.. nanti aku rela deh jadi guide selama di ciamis 😀

  7. ooh karang kamulyan, pernah lewat tapi ga pernah mampir, iyaa nih lagi pengen ke pangandaran juga, pokoknya ciamis pangandaran deh harus di explore lagi nanti 🙂

  8. iya betul rencana nanti pengen explore lagi deh jawa barat, apalagi di daerah selatan jawa barat 🙂

  9. Maksudnya di kampung sendiri itu, kang Dede orang Ciamis bukan ? wah.. satu leluhur dong sama saya dari Ciamis. Banyak2 posting ttg Ciamis ya..biar Ciamis makin terkenal..hehe

  10. iyaa betul urang ciamis hehe wah satu kampung kita. okee siap ciamis bakal dijadikan next project saya kedepan 🙂

  11. Saya baru baca dan dengar saja mengenai kerajaan Galuh ini, tapi belum sempat juga saya berkunjung kesana nih Kang…
    Ada beberapa teman kerja yg orang Ciamis, pernah bercerita juga tentang hal ini. Sepertinya saya mesti nge-plan untuk pergi kesana.
    Terima kasih postingnya Kang Dede, saya jadi nambah wawasan nih…

    Salam,

  12. Bila aku tengok tulisan aksara kuno, aku rasa ralat sebab tak dapat belajar tulisan Jawa. Aku orang Jawa tapi bahasa Jawa sekarang sudah jadi bahasa komunikasi bukan bahasa tulisan. Kan seronok kalau boleh belajar tulisan klasik Jawa. hehe

  13. semenjak ciamis pisah sama panggandaran, salah satu wisata andalannya di astana gede ini kang. ayo kang coba di kunjungin astana gede 😀

  14. betul khai sangat sulit aksara jawa tu. kalau dilihat macam tulisan thai. aksara jawa selalu di pakai di nama jalan, tapi akupun tak paham betul aksara 😀

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *