Letaknya di kawasan Pasar Lama Kota Tangerang. Dibangun pada tahun 1684. Kelenteng ini merupakan yang tertua di Kota Tangerang. “Tuan Rumah” atau yang dipuja di kelenteng ini ialah Dewi Kwan Im.
Ternyata disaat pas Imlek, situasinya berbeda banget dengan sebelum Imlek. ramai sekali orang yang merayakan Imlek disana. lilin-lilin besar juga tampak menyala dan berada di depan Klenteng. Orang tampak khusuk berdoa disana. hilir mudik kesana kemari.
Terdapat vihara juga didalam Klenteng itu, Kerukunan umat beragama dicerminkan oleh Boen Tek Bio. Karena didalam satu wilayah terdapat dua tempat beribadah dan tidak pernah saling singgung antar keduanya.
Klenteng dan Vihara itu sendiri berbeda. Klenteng lebih berasitektur tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain dari pada fungsi spiritual. Sedangkan Vihara berarsitektur lokal dan biasanya mempunyai fungsi spiritual saja.
Yang menarik perhatian dari Klenteng ini ialah banyaknya lampion-lampion cantik di atas kelenteng. Lampion tersebut berjumlah ratusan dan terdapat nama-nama yang tertulis menggantung di lampion itu.
Di belakang kelenteng, Terdapat juga Patung pada patung Dewi Kwan Im setinggi sekitar 3 meter. Selain itu juga ada sebuah sumur sumber rezeki. Para jemaat yang datang pun banyak yang membersihkan diri dengan mencuci muka pada kucuran air tersebut.
Kampung sawan merupakan julukan dari nama kampung sewaan. dahulu, orang tionghoa yang datang ke Tangerang diharuskan tinggal diluar benteng yang bernama benteng makassar. Mereka diharuskan membayar sewa untuk tinggal disana. maka dari itu tercetuslah kampung sawan, menurut kak suci.
99% yang tinggal dikampung itu memang orang Tionghoa, menurut salah seorang sesepuh di Kampung Sawan. Ditengah perkampungan tersebut terdapat sebuah Klenteng, namanya Klenteng Hok Tek Tjeng Sin.
Katanya, dahulu kampung sawan itu adanya persis dipinggir sungai cisadane, namun karena penggerusan air sungai dan banyaknya penambang pasir ilegal akhirnya mereka pindah, dan tak terlalu jauh dari sungai Cisadane.
Disepanjang rumah yang saya temui terlihat beberapa orang sibuk berkumpul dengan keluarga masing-masing. Hujan pun mengguyur Kota Tangerang dikala Imlek itu. Hujan merupakan berkah tersendiri bagi orang Tionghoa dikala Imlek.
wah keren gan ane 4 tahun di tangerang belom pernah kesitu
ayo mampir gan kesana, nambah pengetahuan sejarah tentang tangerang, terutama kampung sawan itu, ane jg baru tau ada perkampungan bgitu, hehe.
bisa tau sejarah jakarta dari sana juga ga? soalnya kan katanya tempat persinggahan orang tionghoa
sebetulnya mereka itu sedang menuju ke batavia, tapi mereka malah terdampar di teluk naga tangerang. satu lg, krn terjadi pembunuhan masal org2 tionghoa pas jaman blanda dibatavia, org2 tionghoa akhirnya mengungsi ke tangerang.
mau tanya yg agak ga nyambung sm post ni, biar bisa reply/balas comment itu settingnya gimana/dimana? Thank you.. (berat mengakui gaptek)
saya pakenya b.ind kak, klo pake b.ind, buka setelah > pos dan komentar, lokasi komentar = tersemat dan jga tampilkan tautan balik = tampilkan.
ternyata problemnya di comment location itu, thanks ya.. problem solved 🙂
oke kak sama-sama 🙂
sip sukses dengan blog nya
oke makasih banyak 🙂
Kunjungan balik
Salam kenal 🙂
Kapan-kapan, ikutan jalan-jalan donk 😉
ada pasar tradisonal juga kalau ngak salah namanya pasar lama. banyak jual kue kue khas pecinan yang murah dan enak. tapi cari yang halal ya hehehe