Keliling Pecinan di Tangerang

Kota Tangerang, Kota yang berada di barat Jakarta ini, Dahulunya merupakan daerah tempat persinggahan orang-orang Tionghoa. Mereka kemudian menetap dan berakulturasi dengan penduduk sekitar, atau yang disebut juga dengan Peranakan Tionghoa.

Pada perayaan Tahun Baru China 2564 atau yang jatuh pada Minggu (10/2/2013),  saya berkesempatan untuk ikut merasakan perayaan Imlek bersama Traveller Kaskus. berkeliling Kota Tangerang untuk mengunjungi beberapa kelenteng sekaligus melihat langsung perayaan tahun baru yang berlangsung di sana.

Klenteng yang pertama dikunjungi adalah Klenteng Boen Tek Bio. Sebelumnya saya memang sudah kesini,  namun pada sebelum Imlek.

Letaknya di kawasan Pasar Lama Kota Tangerang. Dibangun pada tahun 1684. Kelenteng ini merupakan yang tertua di Kota Tangerang. “Tuan Rumah” atau yang dipuja di kelenteng ini ialah Dewi Kwan Im.

Ternyata disaat pas Imlek, situasinya berbeda banget dengan sebelum Imlek. ramai sekali orang yang merayakan Imlek disana. lilin-lilin besar juga tampak menyala dan berada di depan Klenteng. Orang tampak khusuk berdoa disana. hilir mudik kesana kemari. 

Terdapat vihara juga didalam Klenteng itu, Kerukunan umat beragama dicerminkan oleh Boen Tek Bio. Karena didalam satu wilayah terdapat dua tempat beribadah dan tidak pernah saling singgung antar keduanya.

Klenteng dan Vihara itu sendiri berbeda. Klenteng lebih berasitektur tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain dari pada fungsi spiritual. Sedangkan Vihara berarsitektur lokal dan biasanya mempunyai fungsi spiritual saja. 

Melanjutkan perjalanan ke Klenteng yang kedua. Letaknya tak terlalu jauh dari Klenteng sebelumnya. Namanya Klenteng Boen San Bio. Berada di Jalan Raya Pasar Baru. Klenteng ini dibangun pada tahun 1689. Bisa dikatakan ini Klenteng yang terbesar yang pernah saya temui di Tangerang.

Yang menarik perhatian dari Klenteng ini ialah banyaknya lampion-lampion cantik di atas kelenteng. Lampion tersebut berjumlah ratusan dan terdapat nama-nama yang tertulis menggantung di lampion itu.

Di belakang kelenteng, Terdapat juga Patung pada patung Dewi Kwan Im setinggi sekitar 3 meter. Selain itu juga ada sebuah sumur sumber rezeki. Para jemaat yang datang pun banyak yang membersihkan diri dengan mencuci muka pada kucuran air tersebut. 


Terdapat sebuah Bendungan Air yang sangat besar, bernama bendungan pintu air 10. jumlahnya memang ada 10, dan dahulu difungsikan untuk irigasi persawahan di sekitar tangerang. 
Beralih kepada sejarah Cina Benteng itu sendiri yang sangat melekat dengan Kota Tangerang. Kami menuju kawasan perkampungan masyarakat Tionghoa, bernama Perkumpulan Tjong Tek Bio, Atau lebih dikenal dengan Kampung Sawan. terletak di Jl. Lebak Wangi, Neglasari, Tangerang. 

Kampung sawan merupakan julukan dari nama kampung sewaan. dahulu, orang tionghoa yang datang ke Tangerang diharuskan tinggal diluar benteng yang bernama benteng makassar. Mereka diharuskan membayar sewa untuk tinggal disana. maka dari itu tercetuslah kampung sawan, menurut kak suci.

99% yang tinggal dikampung itu memang orang Tionghoa, menurut salah seorang sesepuh di Kampung Sawan. Ditengah perkampungan tersebut terdapat sebuah Klenteng, namanya Klenteng Hok Tek Tjeng Sin. 

Katanya, dahulu kampung sawan itu adanya persis dipinggir sungai cisadane, namun karena penggerusan air sungai dan banyaknya penambang pasir ilegal akhirnya mereka pindah, dan tak terlalu jauh dari sungai Cisadane. 

Disepanjang rumah yang saya temui terlihat beberapa orang sibuk berkumpul dengan keluarga masing-masing. Hujan pun mengguyur Kota Tangerang dikala Imlek itu. Hujan merupakan berkah tersendiri bagi orang Tionghoa dikala Imlek. 

12 Comments

  1. sebetulnya mereka itu sedang menuju ke batavia, tapi mereka malah terdampar di teluk naga tangerang. satu lg, krn terjadi pembunuhan masal org2 tionghoa pas jaman blanda dibatavia, org2 tionghoa akhirnya mengungsi ke tangerang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *