Kangen Suasana Bulan Puasa di Pare!

Setelah resign dari sebuah bank BUMN pada bulan Maret 2017 lalu, aku memutuskan untuk menimba ilmu di kampung inggris yang ada di Pare. Soal kenapa kok tiba-tiba kepikiran untuk belajar bahasa inggris di pare akan aku ceritakan di post blog selanjutnya. Nah, di post blog ini mau bercerita mengenai suasana bulan puasa di kampung inggris, Pare. Ada beberapa hal yang bikin aku kangen banget dan ingin diceritakan di post blog ini:

1. Sahur bareng teman satu mess
Total sudah dua bulan aku tinggal di Pare, salah satu kecamatan di Kabupaten Kediri atau lebih dikenal kampung inggris.  Honestly, ini pertama kalinya puasa ramadan jauh dari orang tua di Jakarta. Rasa takut karena ga ada yang bangunin sahur terus menghantui. Tapi aku bersyukur, tinggal satu kamar dalam mess kursus bersama beberapa teman yang membuat aku ga bakalan kesiangan.

Kami tinggal di sebuah bangunan dua lantai yang dijadikan mess kursus. Di bawahnya ada beberapa toko yang menjual fried chicken, toko kelontong, dan di atasnya yaitu lantai dua adalah kamar kami. Total ada empat kamar yang masing-masing kamarnya diisi oleh empat orang, tapi ada satu kamar yang cuman diisi berdua karena ukurannya yang kecil.

Enaknya, setiap ada yang bangun duluan dialah yang membangunkan teman sekamarnya juga di kamar lain. Setelah bangun, kami langsung ke warung langganan untuk sahur. Karena memang cuman ada satu warung yang buka. Sebenarnya aku ga bisa makan terlalu pagi, tapi mau gimana lagi. Didorong minum air putih adalah jalan ninjaku biar makanan tetap masuk. Tapi makan sahur bareng-bareng begini jadi ga ngerasa sendiri jadinya.

2. Lapar dan Ngantuk saat pembelajaran di bulan puasa

Setelah sahur, biasanya kami sholat shubuh dan kalau sempat tidur lagi. Pembelajaran paling awal dimulai jam setengah 5 pagi. Biasanya selepas sholat subuh di masjid, aku lanjut mendengarkan ceramah di youtube atau baca Alqur’an. Kelas pagi diawali dengan memorizing yaitu menghafal vocabulary bahasa inggris, lalu dilanjutkan dengan pembelajaran lainnya tergantung program apa yang diambil. Waktu itu aku mengambil kelas TOEFL.

Siang hari adalah masa sulit, karena lagi lapar-laparnya. Biasanya aku lagi cari makan siang jam segitu, tapi ini ga bisa karena puasa. Alhasil di awal puasa aku sempat lemes banget, sampai akhirnya mulai terbiasa di minggu kedua bulan ramadan. Juga karena kelas dimulai sangat pagi, kadang siangnya tuh aku dan kawan lainnya ngantuk banget. Cara kami mengatasi ngantuk, sesekali pergi ke toilet untuk cuci muka, atau menggerak-gerakan badan bisa tetap keep on. 

 

3. Para pencari takjil

Yang aku paling suka adalah waktu menjelang berbuka puasa. Kami biasanya mencari masjid yang menyediakan takjil berupa nasi kotak gratis. Maklum anak rantau. Kami saling sharing mengenai masjid yang menyediakan nasi kotak beserta lauknya. Ada temanku yang beruntung terus, dapatnya ayam yang besar dan nasi yang banyak.

Saat sholat tarawih, aku biasanya cari masjid yang jumlah rakaatnya 11 walau ayat yang dibaca agak panjang tapi aku merasa lebih khusyuk dan fokus. Dibandingkan sholat 23 rakaat tapi buru-buru dan aku ga dapat manfaatnya apapun. Biasanya selepas sholat taraweh, kami makan malam bersama. Kadang makan tengkleng, nasi goreng, atau jajaran lainnya yang dekat-dekat.

4. Charity day ke Panti Asuhan
Dalam bulan puasa ini, kami juga ada program charity yaitu berkunjung ke salah satu panti asuhan yang ada di Pare. Waktu itu kami berkunjung ke Muhammadiyah Putri. Memang, setiap gelombang kelas, pasti ada program charity. Tapi di angkatan kami terasa spesial karena charity diadakan saat bulan puasa, dimana bulan penuh keberkahan.

Acaranya dimulai dari pembagian kelompok berdasarkan kelas sekolah. Anak SD, SMP dan SMA lalu dipisah. Setelah dibuatkan kelompok tadi, kami lalu membuat suatu permainan seru yang dapat dimainkan berdasarkan usianya. Acaranya seru dan pecah banget suasananya. Selanjutnya, pihak pengurus dari panti asuhan memberikan sambutan beserta para pengajar dari kelas Toefl Test English School. Selanjutnya acara yang paling dinanti adalah buka bersama. Oh iya, mengenai kegiatan ini aku pernah buatkan videonya di Youtube berjudul TOEFL Alliance Charity

 

5. Teman-teman yang kompak
Satu hal yang bikin aku kangen adalah teman-temannya. Kami semua berjumlah 36 orang. Semuanya berasal dari daerah yang berbeda-beda. Ada yang dari Aceh, , Medan, Makassar,  Kalimantan Barat juga beberapa kota di pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Malang. Angkatan kami dinamakan TOEFL Allience. Kebanyakan dari kami memang baru lulus kuliah, namun ada juga yang sudah bekerja, yaitu sebagai dokter umum, wiraswasta, dan IT banker seperti aku. Mimpi kami di sini hanya satu yaitu lulus TOEFL dengan nilai 500.

Dengan satu tekad inilah, kami merasa memiliki nasib dan sepenanggungan yang sama. Ya, sama-sama saling menguatkan dikala nilai pretest tidak sesuai harapan. Oh iya, setiap hari kami memang ada pretest berdasarkan soal-soal yang pernah muncul sebelumnya. Ga hanya di tempat kursus aja kami belajar, tetapi di kamar pun kami tetap belajar, mendengarkan listening dan membaca artikel bahasa inggris.

Banyak kegiatan-kegiatan yang seru di akhir pekan, seperti buka bersama, nonton film bareng, ataupun ngerujak bareng. Keseharian kami memang seru dan dipenuhi canda dan tawa. Sampai tanpa terasa kami sudah dihujung bulan ramadan yang berarti program kami sudah selesai dan harus pulang ke kampung masing-masing untuk lebaran. Ya, mungkin kami tidak bisa bersama bareng-bareng lagi, tapi kenangan bulan puasa di Pare ini akan dikenang selalu.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *