Deburan Ombak dan Ramainya Pengunjung Pantai Holtekamp

Setelah puas mengunjungi wilayah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini di Skouw. kami pun mampir sejenak ke sebuah pantai yang masih satu jalan dengan arah pulang. Tepat ditengah jalan sudah ada gerombolan pemuda yang meminta uang kepada pengunjung yang datang. Mereka mematok satu mobil dengan harga 50.000. Harga yang cukup fantastis memang, udah gitu ga ada tiket resminya lagi huft, tapi karena ga ada pilihan dan jalan lain mau ga mau yasudahlah.

Pantai holtekam ini salah satu deretan pantai di utara papua. Letak administratifnya berada di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura. Memang ga seperti pantai yang ada di Raja Ampat yang kebanyakan berpasir putih, disini pantainya persis seperti di parangtritis di Yogyakarta yaitu berwarna abu – abu gelap, walau begitu airnya sangat biru dan jernih.

Di hari Minggu ini, banyak masyarakat sekitar yang menghabiskan waktunya di pantai untuk sekedar menikmati dari pinggir pantai, bermain bersama anak-anak mereka atau berenang. Salah satunya anak kecil yang saya temui ini. Dia lagi asyik bermain bersama kakaknya. Usianya mungkin masih sekitar 2-4 tahun. lucu sekali sih tingkah lakunya, sembari memainkan bola saya meminta anak kecil itu untuk berfoto. Sang kakak pun menyuruh untuk berpose dan tak jauh dari tempat saya berdiri, keluarga dari anak kecil ini ternyata sedang duduk – duduk santai dibawah pohon kelapa. Dengan wajah sumeringah mereka meminta sang anak untuk berpose bak model di depan kamera.

Cuaca siang itu memang cukup terik, tapi tidak mematahkan semangat pengunjung yang datang untuk bermain di pinggir pantai atau berenang di lautan. Deburan ombaknya lumayan deras tapi tidak sederas yang ada di selatan jawa. yang saya suka adalah warna lautnya yang biru juga dengan pemandangan bukit – bukit hehijauannya yang menawan.

Tak sampai melepas baju dan sepatu saya pun harus bergerak balik menuju kota Jayapura. salam perpisahan terakhir dari anak kecil itu dan keluarganya begitu hangat. mereka menyapa dan melambaikan tangan kepada kami yang akan pulang.

Sepanjang perjalanan menuju Jayapura

Sepanjang perjalanan menuju ibukota Provinsi Papua ini, mata kami seakan tak habis – habisnya melihat pemandangan, bagaimana tidak sepanjang perjalanan kami harus melewati deretan pantai dan laut biru yang sangat indah bukit yang hijau dan asri, sulit rasanya untuk dilewatkan apalagi jika tidak berfoto 😛

view saat pemberhentian kedua

kami sempat berhenti tiga kali saat itu, pertama berhenti disamping persis disampinh jalan yang pemandangannya langsung lautan, kedua berhenti untuk sekedar menikmati kelapa muda yang segar yang viewnya menghadap teluk yos sudarso dan terakhir untuk makan siang. Perjalanan yang jauh membuat kami semua lapar dan butuh tenaga lebih untuk bisa sampai ke kota 😀

kurang lebih dua jam kemudian kami baru tiba di Kota Jayapura. Sungguh perjalanan yang menyenangkan dapat pergi ke perbatasan dan melihat pantai secara langsung juga saling megenal dengan masyarakat Papua.

8 Jam Lamanya menuju Jayapura

Berawal dari sebuah rapat dadakan, pada akhirnya ditunjuklah saya sebagai salah satu perwakilah yang akan pergi ke Jayapura, Papua. Jujur ini dadakan banget, padahal udah jam 4 sore dan batas maksimal pesan tiket dari kantor itu jam 5. Alhasil, saya pun ketar-ketir pesen tiket pesawat.

Sebenarnya udah terbiasa yang namanya terbang  dadakan kayak begini, tapi ini yang paling  mepet dadakannya. Bahkan senior saya menyuruh untuk pesan tiket yang jam 9 malam. “Gile aje lu masa jam 5 masih di kantor, jam 9 malam udah harus berangkat lagi” dalam hati saya sambil mengeluh kesal. Akhirnya, disepakati saya akan berangkat jam 1 pagi dini hari. Ya, lumayan masih bisa santai-santai di rumah sambil packing dadakan.

Memang, ga pernah terbayangkan sebelumnya saya akan pergi ke ibukota provinsi paling timur di indonesia, yaitu Jayapura. Membayangkan Papua saja sudah berdebar rasanya, pikiran saya langsung tertuju kepada Malaria yang katanya masih marak disana, juga dari sisi keamanannya yang memang kurang stabil.

Beberapa jam sebelum berangkat, saya disibukan mencari obat malaria dan lotion anti nyamuk. itu karena salah satu teman kerja saya bilang kalau ke papua harus waspada sama malaria. Setelah susah payah nyari kesana-kesini, cuman dapet lotion anti nyamuk doang, alhasil bawa itu aja deh kesana.

Karena tidak dapat penerbangan malam, alhasil saya di-switch ke penerbangan dini hari sekitar pukul 1an pagi. Bukan hanya penerbangan pagi yang bikin saya kaget, tapi jarak tempuh yang lumayan lama sekitar 8 jam. ”Ngapain aja yak selama 8 jam dipesawat” saya sedikit ngedumel karena penerbangan yang mendadak.

Bandara Soekano Hatta
Bandara Soekano Hatta

Sesampainya di bandara terminal 2 Soekarno Hatta, saya merasa heran dengan kesunyian bandara yang jauh berbeda saat siang hari, yaiyalah ini pukul sebelas malam. Saya cuman melihat segelintir orang yang duduk, entah itu petugas bandara atau sesama penumpang yang mungkin sama tujuannya menuju Jayapura. Kalau boleh dibilang, malam itu dingin banget, saya yang sudah pakai jaket tebel aja masih kedinginan, Alhasil saya keluar untuk menghangatkan badan.

Waktu boarding sudah tiba, dan tepat pada pukul 01.45 dini hari saya berangkat menuju Jayapura, dengan transit di Makassar dan Timika. Mungkin karena dua kali transit membuat perjalanan menjadi lama yaitu 8 jam, padahal kalau direct flight itu cuman 6 jam saja. Saya amat bersyukurnya dengan kehadiran fasilitas berupa music, video player dalam penerbangan ini, karena sangat membantu saya mengatasi kebosanan, ditambah dengan selimut yang membuat malam saya menjadi lebih hangat dan menyenangkan.

Transit yang pertama : Makassar

Tanpa sadar sudah dua jam berlalu sungguh cepat manakala saya sedang asyik-asyiknya terlelap. Awak kabin memberitahu bahwa kita sudah tiba di Pemberhentian pertama yaitu Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Membayangkan kota yang dulunya bernama Ujung Panjang ini, saya pun teringat akan Sop Konro dan Coto Makassarnya, apalagi dimakan pakai ketupat disamping Pantai Losari, duh sedap! tapi sayangnya para penumpang yang hanya transit dan masih melanjutkan perjalanannya hanya diberi waktu sektiar 30 menit lamanya.

Kesibukan sangat jelas terlihat manakala para penumpang yang bertujuan Makassar satu demi satu turun dari pesawat, sedangkan penumpang yang masih penerbangan selanjutnya dipersilahkan menunggu di ruang tunggu atau di dalam pesawat. Petugas bandara pun datang menghampiri saya yang sedang duduk sendirian aja di kursi dekat jendela. Rupanya penumpang yang transit harus menunjukan tiket boarding pass sebagai bukti bahwa masih meneruskan penerbangan selanjutnya. Sembari menunggu waktu transit yang cuman setengah jam, saya pun kembali melanjutkan istirahat yang tertunda.

Transit yang kedua : Timika

Dua jam berikutnya, tibalah di tempat transit yang kedua yaitu di Timika. Nama Bandaranya unik, Mozes Kilangin Airport. Sejenak saya pun melihat ke jendela, Bah! matahari sudah pagi rupanya. Membayangkan Timika membuat rasa penasaran saya pun memuncak. Ingat timika pasti ingat Freeport.

Saking penasaran dengan timika, saya pun ikut turun dengan penumpang yang memang bertujuan ke Timika. Dengan menaiki bus khusus bandara, saya pun melangkah demi langkah dan akhirnya tiba di pintu masuk kedatangan. Setibanya di pintu kedatangan saya pun langsung masuk ruang tunggu boarding. Suasana berbeda sangat ketara ketika saya berada di ruang tunggu boarding, deretan poster dan spanduk tentang Freeport sangat mendominasi hampir seisi Bandara. Setelah cukup puas hampir semua isi poster, tiba waktunya saya untuk kembali ke pesawat yang sudah terisi bahan bakarnya. Walau hanya 30 menit transit, tapi cukup menyenangkan manakala saya bisa melihat lebih dekat dengan Timika walau hanya dari bandaranya saja, dan yang paling penting bisa update status dimedia sosial :p

Tibalah di Jayapura 

Awak kabin memberitahu bahwasanya beberapa menit lagi kita akan tiba di Jayapura. Perjalanan yang sangat singkat dari Timika menuju Jayapura, hanya memakan waktu tidak sampe 1 jam lamanya, atau sekitar 58 menit saja.

Sembari menunggu landing, saya pun sejenak melihat ke jendela kecil pesawat. Disana ada Pantai, bukit bahkan danau terpampang jelas melukiskan bagaimana indahnya alam di Papua, Lalu dimanakah posisi landasan dari bandara tersebut? dan setelah melewati danau yang luas itulah akhirnya pesawat dapat landing dengan sempurna. Danau tersebut bernama sentani, yang ternyata menjadi nama utama dari Bandara tersebut.

Perjalanan belum berakhir saudara, saya masih harus melewati bukit-demi bukit untuk sampai ke kotanya Jayapura. Jarak antara bandara dan kota Jayapura lumayan jauh atau sekitar +/- 50 KM. Jarak termpuh yang biasa dilalui sekitar satu jam (tanpa macet lho). Okelah, Sembari melanjutkan perjalanan saya pun fokus memandangi deretan bukit demi bukit, danau dan juga pantai yang terbentang disepanjang jalan. “Memang ya alam di Papua ga ada duanya men!” ucap saya selama dalam perjalanan.