Berawal dari sebuah rapat dadakan, pada akhirnya ditunjuklah saya sebagai salah satu perwakilah yang akan pergi ke Jayapura, Papua. Jujur ini dadakan banget, padahal udah jam 4 sore dan batas maksimal pesan tiket dari kantor itu jam 5. Alhasil, saya pun ketar-ketir pesen tiket pesawat.
Sebenarnya udah terbiasa yang namanya terbang dadakan kayak begini, tapi ini yang paling mepet dadakannya. Bahkan senior saya menyuruh untuk pesan tiket yang jam 9 malam. “Gile aje lu masa jam 5 masih di kantor, jam 9 malam udah harus berangkat lagi” dalam hati saya sambil mengeluh kesal. Akhirnya, disepakati saya akan berangkat jam 1 pagi dini hari. Ya, lumayan masih bisa santai-santai di rumah sambil packing dadakan.
Memang, ga pernah terbayangkan sebelumnya saya akan pergi ke ibukota provinsi paling timur di indonesia, yaitu Jayapura. Membayangkan Papua saja sudah berdebar rasanya, pikiran saya langsung tertuju kepada Malaria yang katanya masih marak disana, juga dari sisi keamanannya yang memang kurang stabil.
Beberapa jam sebelum berangkat, saya disibukan mencari obat malaria dan lotion anti nyamuk. itu karena salah satu teman kerja saya bilang kalau ke papua harus waspada sama malaria. Setelah susah payah nyari kesana-kesini, cuman dapet lotion anti nyamuk doang, alhasil bawa itu aja deh kesana.
Karena tidak dapat penerbangan malam, alhasil saya di-switch ke penerbangan dini hari sekitar pukul 1an pagi. Bukan hanya penerbangan pagi yang bikin saya kaget, tapi jarak tempuh yang lumayan lama sekitar 8 jam. ”Ngapain aja yak selama 8 jam dipesawat” saya sedikit ngedumel karena penerbangan yang mendadak.
Sesampainya di bandara terminal 2 Soekarno Hatta, saya merasa heran dengan kesunyian bandara yang jauh berbeda saat siang hari, yaiyalah ini pukul sebelas malam. Saya cuman melihat segelintir orang yang duduk, entah itu petugas bandara atau sesama penumpang yang mungkin sama tujuannya menuju Jayapura. Kalau boleh dibilang, malam itu dingin banget, saya yang sudah pakai jaket tebel aja masih kedinginan, Alhasil saya keluar untuk menghangatkan badan.
Waktu boarding sudah tiba, dan tepat pada pukul 01.45 dini hari saya berangkat menuju Jayapura, dengan transit di Makassar dan Timika. Mungkin karena dua kali transit membuat perjalanan menjadi lama yaitu 8 jam, padahal kalau direct flight itu cuman 6 jam saja. Saya amat bersyukurnya dengan kehadiran fasilitas berupa music, video player dalam penerbangan ini, karena sangat membantu saya mengatasi kebosanan, ditambah dengan selimut yang membuat malam saya menjadi lebih hangat dan menyenangkan.
Transit yang pertama : Makassar
Tanpa sadar sudah dua jam berlalu sungguh cepat manakala saya sedang asyik-asyiknya terlelap. Awak kabin memberitahu bahwa kita sudah tiba di Pemberhentian pertama yaitu Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Membayangkan kota yang dulunya bernama Ujung Panjang ini, saya pun teringat akan Sop Konro dan Coto Makassarnya, apalagi dimakan pakai ketupat disamping Pantai Losari, duh sedap! tapi sayangnya para penumpang yang hanya transit dan masih melanjutkan perjalanannya hanya diberi waktu sektiar 30 menit lamanya.
Kesibukan sangat jelas terlihat manakala para penumpang yang bertujuan Makassar satu demi satu turun dari pesawat, sedangkan penumpang yang masih penerbangan selanjutnya dipersilahkan menunggu di ruang tunggu atau di dalam pesawat. Petugas bandara pun datang menghampiri saya yang sedang duduk sendirian aja di kursi dekat jendela. Rupanya penumpang yang transit harus menunjukan tiket boarding pass sebagai bukti bahwa masih meneruskan penerbangan selanjutnya. Sembari menunggu waktu transit yang cuman setengah jam, saya pun kembali melanjutkan istirahat yang tertunda.
Transit yang kedua : Timika
Dua jam berikutnya, tibalah di tempat transit yang kedua yaitu di Timika. Nama Bandaranya unik, Mozes Kilangin Airport. Sejenak saya pun melihat ke jendela, Bah! matahari sudah pagi rupanya. Membayangkan Timika membuat rasa penasaran saya pun memuncak. Ingat timika pasti ingat Freeport.
Saking penasaran dengan timika, saya pun ikut turun dengan penumpang yang memang bertujuan ke Timika. Dengan menaiki bus khusus bandara, saya pun melangkah demi langkah dan akhirnya tiba di pintu masuk kedatangan. Setibanya di pintu kedatangan saya pun langsung masuk ruang tunggu boarding. Suasana berbeda sangat ketara ketika saya berada di ruang tunggu boarding, deretan poster dan spanduk tentang Freeport sangat mendominasi hampir seisi Bandara. Setelah cukup puas hampir semua isi poster, tiba waktunya saya untuk kembali ke pesawat yang sudah terisi bahan bakarnya. Walau hanya 30 menit transit, tapi cukup menyenangkan manakala saya bisa melihat lebih dekat dengan Timika walau hanya dari bandaranya saja, dan yang paling penting bisa update status dimedia sosial :p
Tibalah di Jayapura
Awak kabin memberitahu bahwasanya beberapa menit lagi kita akan tiba di Jayapura. Perjalanan yang sangat singkat dari Timika menuju Jayapura, hanya memakan waktu tidak sampe 1 jam lamanya, atau sekitar 58 menit saja.
Sembari menunggu landing, saya pun sejenak melihat ke jendela kecil pesawat. Disana ada Pantai, bukit bahkan danau terpampang jelas melukiskan bagaimana indahnya alam di Papua, Lalu dimanakah posisi landasan dari bandara tersebut? dan setelah melewati danau yang luas itulah akhirnya pesawat dapat landing dengan sempurna. Danau tersebut bernama sentani, yang ternyata menjadi nama utama dari Bandara tersebut.
Perjalanan belum berakhir saudara, saya masih harus melewati bukit-demi bukit untuk sampai ke kotanya Jayapura. Jarak antara bandara dan kota Jayapura lumayan jauh atau sekitar +/- 50 KM. Jarak termpuh yang biasa dilalui sekitar satu jam (tanpa macet lho). Okelah, Sembari melanjutkan perjalanan saya pun fokus memandangi deretan bukit demi bukit, danau dan juga pantai yang terbentang disepanjang jalan. “Memang ya alam di Papua ga ada duanya men!” ucap saya selama dalam perjalanan.
Yup.. ! Setuju..
Alam papua tiada duany!
*pdhal sy blm pernah k papua*
#Loh
iya betul endang, alamnya keren bukit2nya indah deh pokoknya, semoga suatu saat nanti merasakan jg ndang
Ke jaya pura dalam rangka apa ?
Sendirian ya ? wah seru 8 jam sendirian menempuh perjalanan ya.
Dalam rangka kerja kak, hehe aku berdua waktu itu.. iyaa seru banyak cerita yg bisa diceritakan selama 8 jam perjalanan
waha syik ya pengalaman yang meungkin bisa jadi kenangan
hihi makasih kak akan selalu terkenang
Udah lama gak komen dimari, kamu udah ke Jayapura sama Banjarmasin… ah… perjalannya keren, 8 jam ? saya pernah naik bus 36 jam haha
hihihi iya mas 8 jam berasa mau ke mekkah aja.. walaah 36 jam lama bener itu
Mau ngapain kesana kak? *kepo*
Pemandangan dari atas bagus ya, jadi pengen nyusul *eh
Btw, ada cerita selanjutnya nggak? :))
aku kerja kak hehe
ada dong cerita selanjutnya di papua tunggu yaa 🙂
Belum pernah ke Jayapura, tapi pernah stay di pulau biak. Alam papua itu indah, kalau aku pribadi cinta mati sama pantai2nya. Pengalaman 7 jam naik pesawat hercules daru biak ke malang itu super sekali. Berasa naik angkot tapi angkotnya terbang, hahahaha
hihhihi seru tuh kak naik hercules. jadi penasaran sama pantai2 di raja ampat 🙂
Perjalanan 8 jam-nya jadi gak kerasa ya De…
hihihi iya kak berkat gadget2 di pesawat jadi ga berasa walau tiba2 pas nyampe badan remuk
Wah saya kira penerbangan direct, ternyata harus 2 kali transit toh.. Btw dapet jatah makan di pesawat berapa kali jadinya? Haha, penting ini, perjalanan jauh soalnya 😉
dapet jatah 3 kali kak, dari makanan berat sampe akhirnya snack doang.. dan alhasil ga kelaperan pas sampe jayapura 🙂
Aku stay di timika papua kak, boleh lho kenalan kalo kapan kapan mau Travelling lagi ke papua khususnya di timika wkwk
Lama bener ya 8 jam..
Kalau gue mending bawa beberapa buku buat membunuh kebosanan ahahaha…
Danau sentani cantik euy..
Salam
-Traveler Paruh Waktu
masyarakat nya dsana gmana untuk kita yg pendatang